Beberapa yang pandai berenang akan mengajari kita yang tidak bisa berenang. Dan masing-masing saling menjaga. Rasanya cukup aman saat itu karena semua dari kita berkumpul di daerah tersebut.
Saat itulah Arifin mengajak saya loncat agak ke tengah kolam dan mengatakan dia akan menjaga saya. Entah mengapa saya percaya dan langsung melompat ke tengah.
Dan ternyata saya tidak bisa menggapai kembali ke atas permukaan kolam. Saya mulai panik dan saya melihat ada yang meloncat melewati saya dan hanya terus berenang tanpa membantu saya.
Waktu itu juga tidak ada penjaga kolam yang mengawasi para pengunjung di dalam kolam. Benar-benar apes hari itu bagi saya.
Syahdan begitu saya perhatikan tidak ada yang mengetahui kalau saya mulai tenggelam, saya mulai panik. Bergerak tidak teratur seakan-akan ingin meraih ke permukaan tapi semakin tenggelam.
Dalam hitungan detik saya bisa tenggelam, lalu saya berusaha tidak panik karena saya tidak ingin mengalami kematian yang mengenaskan seperti itu. Kalau meninggal karena tenggelam pasti pikiran akhir akan kacau dan itu akan membawa penderitaan bagi saya.
Saya berusaha tenang dan badan ini terasa semakin turun ke dalam. Akhirnya saya berpikir lagi untuk berusaha tenang dan tidak bergerak membuang banyak tenaga. Semua demi menghemat nafas dan berusaha selamat.
Akhirnya entah mengapa saya bisa menjadi tenang dan hanya menggerakkan kedua kaki saya seperti gerakan penyelam yang hendak naik ke atas permukaan laut.
Perlahan-lahan saya naik ke atas dan sampailah saya ke atas permukaan lalu berenang mencapai tepian. Dan ternyata tidak ada seorang pun di sana. Semua hanya sibuk bermain di lain tempat.
Saat itu saya sangat bersyukur bahwa saya selamat tanpa harus tenggelam. Jika tidak, pastinya saya sangat menderita dan akan mengkhawatirkan kedua orang tua saya.
Saya juga sangat berterima kasih sampai saat ini. Mengalami kematian saat itu seakan-akan sangatlah berada di dekat saya.