Di sabana yang luas dan terik, ada seekor anak rusa yang baru saja lahir dari induknya. Induk rusa tersebut mengalami keadaan yang mengenaskan. Begitu dia melahirkan, tiba-tiba dia diterkam oleh kawanan macan.
Kawanan macan hanya memangsa induk rusa dan meninggalkan anak rusa yang masih lemah. Pada saat itulah satu macan dari kawanan tersebut, memandang dan berpikir untuk membawa dan merawat anak rusa tersebut sebagai santapan apabila dia telah tumbuh dewasa.
Karena anak rusa tersebut baru saja lahir dan dirawat macan itu, maka dia tetap menganggap macan tersebut sebagai ibunya meskipun memiliki sifat yang bengis.
Macan itu selalu merawat dan melindungi rusa kecil itu dari berbagai ancaman. Dia juga membiarkan rusa tersebut merumput dalam pengawasannya. Itu semua tetap dilakukan karena menganggap rusa itu akan menjadi santapan kelak di kemudian hari.
Kendati demikian rusa itu selalu menganggap sang macan sebagai ibu. Dia selalu mengajak macan itu untuk bermain, berlarian dan tidur bersamaan.
Tanpa rasa kasih sayang walaupun seakan-akan dia sayang terhadap rusa kecil, seringkali mereka menghabiskan waktu bersama.
Hingga suatu hari dimana musim berganti dan tidak banyak buruan untuk dijadikan mangsa, kawanan macan menjadi sangat lapar. Mereka lalu teringat anak rusa peliharaan si ibu macan.
Ketika macan-macan lainnya mencoba menyerang si anak rusa, si induk macan dengan spontan melindungi si anak rusa. Dia berteriak, "jangan kalian menyerang rusa itu, dia adalah milik saya!"
Seekor macan yang juga pemimpin mereka berkata; "Mari kita bunuh rusa itu dan kita bagi rata daging rusa tersebut."
Sang ibu macan menjawab secara spontan, "tidak bisa, dia telah kuanggap sebagai anak saya sendiri."
Mereka membujuk; "Bagaimana mungkin, kita adalah macan dan dia adalah rusa. Kita tidak mungkin menjadi keluarga."
Sang ibu macan lanjut menjawab dengan tegas; "Dahulu saya berpikir demikian tetapi saya merasakan hal yang berbeda. Saya merasakan cinta kasih di antara kami."
Karena tidak puas, maka kawanan macan melihat satu sama lainnya sebagai isyarat untuk menyerang si ibu macan. Demi makanan yang ia simpan sendiri.
Dengan sekuat tenaga dan penuh pertahanan, si ibu macan bertahan. Ia rela berkorban demi si anak rusa tersebut. Sang ibu macan menjadi nekat, ia sekarang sudah menganggap rusa itu adalah anaknya sendiri.
Ketika sang anak rusa melihat "ibunya" terluka, ia menjadi sangat terharu. Tetapi demi keselamatannya, ia pun melarikan diri.
Dan hal mengejutkan terjadi. Entah dari mana datangnya, banyak kawanan rusa jantan yang perkasa dengan tanduk yang besar menghampiri si anak rusa.
Setelah melindungi anak rusa, dengan gerakan teratur, berbondong-bondong mereka menghampiri kawanan macan. Mereka mencoba menyerang kawanan macan dan menyelamatkan macan yang terluka.
Melihat banyaknya bala bantuan yang datang, kawanan macan menjadi dan lari tunggang-langgang.
Ibu macan mengalami luka yang cukup parah. Dia mencoba berdiri dengan tegar tetapi tetap sangat lemah akibat perkelahian hidup mati yang baru saja ia alami.
Setelah situasi aman, rusa kecil menghampiri macan itu dan berkata;
"Saya sekarang tau kalau kamu adalah seekor macan yang selalu berburu rusa sebagai santapan. Tetapi selama ini kamu tidak pernah menyakiti diriku bahkan sehelai bulu. Saya merasakan cinta kasihmu sebagai ibu sendiri dan saya akan selalu berpikir demikian."
Macan tersebut berkata;
"Saya belakangan ini juga menganggap kamu adalah anak sendiri sehingga saya rela mempertaruhkan nyawa demi kamu."
Rusa berkata sambil berkaca-kaca; "Ibu, terima kasih atas segala cinta kasihmu selama ini. Bertahanlah."
Macan berkata; "Hidup saya tidak lama lagi. Saya merasa bahagia dapat menjagamu dari bahaya dan saya sangat mencintaimu."
Mereka menangis dan berpelukan. Tidak lama kemudian sang macan tewas karena terluka dan berdarah banyak.
Moral cerita...
Cintailah semua makhluk seperti halnya mencintai anak satu-satunya.Â
Bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi anak tunggalnya.
Hendaknya ini dikembangkan tanpa batas, tanpa perbedaan, ke segala arah dan tanpa permusuhan.
**
Los Angeles, 28 Mei 2022
Penulis: Willi Andy untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H