Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Perjalanan: Merajut Kasih di Gunung Kelir

25 Mei 2022   06:41 Diperbarui: 26 Mei 2022   04:01 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengumpulkan daun singkong karet untuk pakan kambing | Dok Pribadi

Untung masalah urut mengurut menyembuhkan dari terkilir penduduk desa ahlinya. Kaki yang terkilir sembuh dalam sekejap, dan besok pagi siswa itu siap ikut merumput dan mencari daun singkong karet untuk makanan kambingnya.

Mengumpulkan daun singkong karet untuk pakan kambing | Dok Pribadi
Mengumpulkan daun singkong karet untuk pakan kambing | Dok Pribadi

Bagaimana jika keluarga mereka pembuat gula jawa? Maka mereka ikut menemani bapaknya ke kebun, menyadap sari pohon kelapa. Tentunya mereka tidak bisa membantu menyadap, karena untuk itu dibutuhkan ketrampilan memanjat pohon setinggi 10 -15meter bahkan lebih. 

Mereka menunggu dibawah sambil memandang dengan takjub bagaimana "Bapaknya" naik dan mengumpulkan sari pohon tersebut. Kemudian bersama-sama mereka pulang memanggul jerigen berisi sari kelapa yang akan dimasak menjadi gula jawa selama berjam-jam

Memasaknya bukan pakai kompor gas, tapi menggunakan tungku berbahan bakar kayu selama 4-6 jam, yang kayunya harus dicari di tepian hutan yang berjarak beberapa kilo meter dari rumah. Karena kasihan dengan "anaknya" yang dari kota, biasanya "Bapaknya" hanya mengijinkan mereka memanggul kayu sedikit saja.

Pengalaman memanggul kayu bakar, ataupun saat mencoba menyalakan tungku, adalah pengalaman yang tidak mungkin terlupakan oleh para siswa.

Setelah sibuk membantu para orang tua angkatnya, malam hari sehabis mandi, para siswa berkumpul melakukan pujabakti bersama penduduk desa yang beragama Buddha di Vihara. Ada sekitar 400 umat Buddha di desa itu.

Perjalanan dari rumah ke vihara pun menjadi pengalaman menarik, merasakan sensasi berjalan di jalan yang gelap, merasakan embun malam, menggunakan senter sebagai sumber cahaya, dan terkadang sambil melihat kunang-kunang.

Dok Pribadi, puja bakti di Vihara Giriloka bersama penduduk desa.
Dok Pribadi, puja bakti di Vihara Giriloka bersama penduduk desa.

Selain bekerja, siswa juga sempat diajak berwisata ke Goa Seplawan, goa cantik ini memang terletak di atas desa gunung Kelir. Rasa lelah menanjak selama 30 menit menuju goa hilang begitu melihat kecantikan Goa Seplawan. 

Sensasi berjalan di goa luar biasa, seru melihat bagaimana siswa kami menjaga keseimbangan tubuh saat menginjak batu goa yang licin. Namun tidak perlu kuatir, kakak dan orangtua angkatnya selalu mendampingi siap menjaga  selama mereka berada di goa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun