Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Resep Cespleng Mengakhiri Konflik

18 Mei 2022   08:18 Diperbarui: 9 Oktober 2022   06:26 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun dalam kitab suci Dhammapada syair 5, Buddha mengatakan, "Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci (cinta kasih). Inilah suatu hukum abadi."

Pikiran tidak membenci yang dimaksud secara lebih spesifik adalah pikiran yang dilandasi dengan cinta kasih.

Dalam beberapa tahun belakangan, kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" sangat populer di kalangan umat Buddha Indonesia. Non buddhis pun mulai mengucapkan kalimat ini, terutama sewaktu memberikan selamat hari raya kepada umat Buddha.

Kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" oleh umat Buddha diucapkan dalam berbagai momen. Tidak hanya setelah melakukan meditasi ataupun di akhir khotbah ajaran Buddha, melainkan di berbagai kesempatan lainnya.

Dalam bahasa Indonesia, kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" diartikan sebagai "Semoga semua makhluk berbahagia". Kalimat ini merupakan bentuk cinta kasih sesuai ajaran Buddha.

Kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" terdapat dalam bagian sutta atau khotbah Buddha. Sutta adalah salah satu kelompok (keranjang) dari total tiga kelompok yang menyusun Tipitaka/Tripitaka (kitab suci agama Buddha).

Dari puluhan ribu sutta yang dikhotbahkan oleh Buddha, kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" hanya ditemukan di dalam satu sutta saja, yakni Karaniyametta Sutta beserta kitab komentarnya.

Karaniyametta Sutta merupakan ajaran Buddha terkhusus tentang cinta kasih. Pemancaran cinta kasih seharusnya dilakukan terhadap semua makhluk apa pun yang ada, tanpa terkecuali. Ini juga termasuk kepada binatang, apalagi kepada manusia.

Cinta kasih sesuai ajaran Buddha seharusnya dipancarkan kepada makhluk-makhluk yang goyah maupun kokoh, yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil, gemuk atau yang kurus. Juga dipancarkan kepada makhluk-makhluk yang tampak atau pun yang tak tampak, yang berada dekat maupun jauh, yang belum menjadi atau pun yang telah menjadi.

Selanjutnya, Buddha mengatakan bahwa cinta kasih harus dipancarkan terhadap semua makhluk di segenap alam. Patut dikembangkan tanpa batas dalam batin, baik ke arah atas, bawah, dan di antaranya. Pemancarannya tidak sempit, tanpa kedengkian, dan tanpa permusuhan.

Pemusatan perhatian untuk pemancaran cinta kasih ini juga seharusnya dilakukan, baik selagi berdiri, berjalan atau duduk, ataupun berbaring, sebelum terlelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun