Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Dilakukan Umat Buddha pada Hari Waisak?

15 Mei 2022   20:27 Diperbarui: 15 Mei 2022   20:30 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**

Sebelum pandemi Covid-19, peringatan Waisak adalah hari yang ditunggu, entah kenapa. Setiap detik-detik Waisak umat berkumpul di Vihara, kadang detik-detik Waisak di tengah malam, kadang pagi, malam, siang, tidak tentu waktunya, tetapi tidak mengurangi niat umat untuk hadir.

Biasanya satu jam sebelum detik-detik Waisak acara dimulai, diisi dengan pembacaan paritta, beberapa menit sebelum detik-detik Waisak, meditasi dimulai. Semua duduk diam, berusaha bermeditasi, walaupun ratusan mungkin ribuan orang suasana langsung hening, tepat pada detik Waisak, bel dibunyikan. Meditasi tetap dilanjutkan sampai beberapa menit kemudian.

Bagi kebanyakan umat Buddha, mendengarkan ceramah adalah salah satu acara yang ditunggu-tunggu. Baik pada kebaktian setiap hari minggu, apalagi pada hari spesial seperti Hari Waisak.

Ceramah isinya tidak jauh dari, bagaimana menghindari perbuatan buruk, bagaimana menambah kebaikan, bagaimana melatih pikiran (meditasi). Itu-itu saja. Tetapi karena begitu luas cara mengulasnya, maka setiap minggu jarang sekali ada ceramah yang sama.

Khusus hari besar seperti Waisak biasanya yang berceramah adalah seorang Bhikkhu yang sudah senior, seperti Sri Bhante Pannavaro Mahathera, Bhante Uttamo dan lain-lainnya.

Bagi yang memahami, semua ceramah adalah nasihat untuk menghadapi kehidupan, sehingga harus didengarkan dengan baik, serius dan penuh perhatian. Tidak baik mendengarkan sambil ngobrol dengan teman, main ponsel, makan cemilan, sambil selonjoran, apalagi sambil tidurkan.

Harus duduk rapi dan penuh perhatian, sikap ini menunjukkan rasa hormat pada yang memberi nasihat dan juga pada Dhamma (Ajaran Buddha). Di beberapa negara Buddhist ada tradisi, ketika mendengarkan ceramah tangan dirangkapkan di depan dada, jika ceramah disampaikan selama 2 jam, ya tangan dirangkapkan di depan dada selama 2 jam.

Selama pandemi Covid-19, acara detik-detik Waisak diikuti melalui on line, tetapi tidak jauh berbeda. Walaupun di rumah, harus berpakaian rapi, duduk yang baik, tidak bolak-balik, sama seperti mengikuti detik-detik Waisak di Vihara, hanya ini di rumah.

Ketika ceramah disampaikan, walaupun bukan oleh seorang Bhikkhu yang senior, tetap harus didengarkan dengan penuh perhatian. Karena apa yang diajarkan adalah mengulang atau menjelaskan apa yang Buddha Gautama ajarkan, nasihat bagaimana agar hidup dapat bebas dari penderitaan.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun