Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Waisak: 10 Parami yang Menaklukkan Mara

15 Mei 2022   09:12 Diperbarui: 15 Mei 2022   20:01 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mara dan pasukannya merangsak maju dan mengelilingi Nya dari semua arah. Tetapi mereka tidak mampu mendekat. Kala itu petapa Siddharta hanya seorang diri. Dewa-dewa yang sebelumnya menemani telah melarikan diri.

Dalam menghadapi gerombolan Mara, petapa Siddharta hanya mengandalkan senjata Parami (kesempurnaan) sebagai pelindung satu-satunya. Sepuluh Kesempurnaan (Parami) yang telah beliau latih dan kembangkan dalam masa waktu yang sangat lama yaitu: kemurahan hati, kemoralan, pelepasan, kebijaksanaan, semangat, kesabaran, keteguhan hati, kejujuran/kebenaran, cinta kasih dan keseimbangan batin.

Karena merasa diacuhkan dan seakan tidak terjadi apapun, Mara semakin berang dan mengamuk. Mara melancarkan serangan bertubi-tubi. Mula-mula ia menciptakan angin topan dasyat. Tidak berhasil. Mara menggunakan senjata kedua yaitu awan tebal yang menjadi hujan yang sangat lebat yang mampu mengkis tanah menjadi lubang yang sangat besar. Air bah tidak mampu menyentuh sedikitpun jubah- Nya.

Serangan berikutnya hujan batu cadas membara. Ribuan batu berjatuhan dari angkasa serta menimbulkan debu asap yang sangat panas. Namun begitu mendekati petapa berubah menjadi karangan bunga surgawi dan gumpalan bunga besar.

Gagal lagi. Selanjutnya mara menciptakan hujan senjata panas untuk menyerang petapa Siddharta. Pedang, pisau, tombak, Mandau, pisau jagal dan anak panah menimbulkan asap dan nyala api. Ketika senjata tersebut mendekati jarak tertentu semuanya jatuh dalam sekejap dan berubah menjadi beragam bunga surgawi.

Senjata berikutnya hujan batu bara yang berkobar membara melumatkan semua yang dilewatinya. Sekali lagi, ketika mendekat semuanya berubah menjadi hujan bunga surgawi yang jatuh di kaki petapa Siddharta.

Tidak terima kekalahannya, Mara menyiramkan dari langit debu yang sangat panas bak api dalam skala besar. Namun debu tersebut berubah menjadi bubuk cendana surgawi ketika mendekati kaki-Nya.

Kembali Mara melakukan serangan dengan menciptakan pasir panas, disusul hujan lumpur panas dengan asap dan api yang deras laksana hujan. Lagi, dan lagi, semua berubah menjadi bubuk bunga surgawi dan ramuan wangi surgawi yang jatuh dikaki Nya.

Mara kembali menggunakan senjata pamungkasnya yaitu kegelapgulitaan untuk membuat pangeran Siddhattha ketakutan. Namun yang terjadi sebaliknya, kegelapan menjadi buyar seperti diterpa sinar matahari.

Kemudian Mara meminta petapa Siddhatha menunjukkan bukti kesempurnaan Parami-Nya. Petapa Siddhatha berseru "biarlah bumi yang agung menjadi saksi-Ku". Beliau mengulurkan tanganNya dari dalam jubah untuk menyentuh tanah.

Saat jari-jari-Nya menyetuh tanah, bumi berputar dengan kencang laksana roda tembikar, suara menggelegar bagai halilintar. Mara dan pasukannya terperangkap di antara bumi dan langit. Mereka sangat ketakutan. Mara dan pasukannya tercerai berai melarikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun