"Ya seringnya tidak pak." Jawabnya.
"Nah disitulah contoh anda tidak hidup saat ini." Kata saya.
"Loh koq??" Tanya dia agak heran
"Ya, karena anda makan sekedar autopilot dari fungsi makan itu sendiri. Intinya anda tidak menyadari yang anda makan."
Lalu saya melanjutkan lagi;
"Hidup saat ini juga bisa untuk merencanakan masa depan. Jadi pada saat kita membuat perencanaan, kita menyadari sepenuhnya bahwa kita sedang membuat perencanaan. Jadi kita tidak merisaukan masa depan itu sendiri, tapi merencanakan."
Pada intinya saya ingin mengingatkan bahwa perencanaan itu penting. Ada pepatah mengatakan "bila anda gagal merencanakan, bisa jadi anda merencanakan kegagalan." Bisa dibayangkan bila entitas terkecil masyarakat yaitu kita sebagai individu tidak memiliki cita-cita (bisa juga disebut visi) lalu sekumpulan entitas, yaitu masyarakat, lalu sekumpulan masyarakat, dan seterusnya sehingga level negara tanpa visi apa jadinya masa depan kita sebagai bangsa?
Kadang ada saja orang yang berusaha mencari pembenaran kelakuannya dalam menghadapi hidup. Agar tidak perlu dimintai pertanggung jawaban atas hidupnya, ada kalanya orang berlindung dibawah "nasib". Nasib saya sudah begitu mau apa lagi? Bila diminta membuat perencanaan, jawabannya balik lagi: Hiduplah saat ini, jangan sesalkan masa lalu dan jangan risaukan masa depan...
"O...jadi begitu ya pak merencanakan bukan berarti merisaukan. Seperti ajaran yg pernah saya dengar bahwa mencapai Nirwana juga merupakan tujuan, dan untuk mencapainya diberi petunjuk perencanaan yang dapat diikuti. Sekarang saya mengerti."
Hiduplah saat ini.
**