Selama 7 hari para bhikkhu ini terjebak dalam gua tanpa makan dan minum. Pada hari ke tujuh, batu yang menutup gua itu bergeser, sehingga para bhikkhu itu dapat keluar dari gua.
Dengan sedikit terhuyung, para bhikkhu yang terjebak dalam gua ini melanjutkan perjalanan menghadap Sang Buddha. Selain menghormat, mereka berniat bertanya kepada Sang Buddha apa yang telah dilakukan sehingga mengalami peristiwa itu.
Sang Buddha menjelaskan bahwa dalam kehidupan lampau, tujuh orang bhikkhu ini terlahir sebagai tujuh gembala yang melihat seekor iguana yang masuk ke dalam sebuah lubang.
Tanpa bermaksud menyakiti tetapi karena keisengan anak-anak, mereka sengaja menutup jalan keluar lubang tempat iguana berdiam. Kemudian mereka kembali bermain dan lupa dengan iguana yang terjebak dalam gua itu.
Pada hari ketujuh, mereka ingat apa yang telah mereka lakukan kepada iguana yang malang. Dengan segera mereka membuka sumbatan lubang dimana iguana terjebak.
Untungnya binatang malang itu masih hidup walaupun berjalan dengan terhuyung karena tidak makan minum selama tujuh hari.
Perbuatan dari melakukan keusilan menjebak iguana di dalam gua selama tujuh hari inilah yang menyebabkan kelompok Bhikkhu ini terjebak dalam gua.
Kembali kepada peristiwa yang terjadi tanggal 23 Juni 2018 pada sekelompok remaja Thailand, apakah kamma kelompok selalu berakibat yang tidak menyenangkan ?
Dalam Samyutta I Nikaya 227, Sang Buddha bersabda: "Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan, dan pembuat kejahatan akan menerima kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah daripadanya."
Marilah kita dan sahabat-sahabat baik terus menanam benih-benih kebaikan agar terkondisi sesuatu yang baik yang dapat dituai secara bersama.
Semoga semua mahluk berbahagia.