Ternyata akuntansi sudah ada jauh sebelum Bapak Fisika atau Isaac Newton lahir di tahun 1643. Artinya sudah ada sejak kurang lebih 500 tahun yang lalu. Akuntansi pertama kali terdokumentasikan pada buku "Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Porportionalita" atau dalam bahasa Inggris berjudul "The Collected Knowledge of Arithmetic, Geometry, Proportions and Proportionality".
Buku ini ditulis oleh Luca Pacioli di tahun 1494. Sebagai seorang professor matematika dan sahabat dari Leonardo Da Vinci, Luca Pacioli telah menerbitkan banyak buku yang sebagian besar membahas bidang matematika.
Pacioli menuliskan pengetahuan dasar akuntansi, yaitu sistem pencatatan berpasangan (double-entry bookkeeping). Sistem tersebut telah diterapkan di masyarakat pada masa itu tetapi dianggap belum terdokumentasi secara memadai.
Menariknya, sistem pencatatan berpasangan ini tidak mengalami perubahan signifikan sejak jaman tersebut dan masih kita gunakan hingga saat ini. Inilah sekilas tentang sejarah dari akuntansi.
Sistem pembukuan pertama kali muncul di Indonesia dimulai pada sekitar tahun 1642. Kemunculan akuntansi ini ditandai dengan adanya sistem pengenalan yang sudah dilakukan oleh masyarakat tradisional. Pencatatan yang dilakukan ini digunakan untuk memperhitungkan laba rugi perdagangan.
Pengertian Akuntansi
Bagi awam mendengar tentang akuntansi tentu akan sulit dimengerti. Menurut Charles T. Horngren, dan Walter T. Harrison (2007), akuntansi merupakan sistem informasi yang mampu mengukur kegiatan bisnis, memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
Dengan akuntansi, kita akan mampu mengetahui dan menganalisis kondisi kesehatan unit usaha. Salah satu rumus persamaan akuntansi adalah harta sama dengan kewajiban ditambah modal.
Sebenarnya persamaan akuntansi melekat pada diri pribadi. Loh kok bisa?
Ya bisa, karena kita juga memiliki harta tapi disatu sisi ada juga kewajibannya bisa kartu kredit, utang tanpa agunan, kepemilikan mobil, ataupun rumah. Sisanya merupakan kekayaan bersih atau modal kalau unit usaha.
Jadi belum tentu seseorang hartanya besar, kekayaan bersihnya juga besar. Bisa jadi itu hasil dari utang yang besar juga. Jika tanpa utang, persamaan akuntansi menjadi harta sama dengan kekayaan bersih. Persamaan akuntansi ini boleh kita sebut dengan neraca karena memenuhi rumus keseimbangan.
Balance Sheet
Neraca (balance sheet) mungkin ada beberapa sudut pandang. Jika pedagang akan mengatakan itu merupakan timbangan. Yang bergelut didunia akuntansi dan keuangan akan berbeda. Mereka akan mengatakan itu adalah bagian dari laporan keuangan.
Isinya berupa kekayaan bersih, aset dan utang yang dimiliki sebuah unit usaha. Terlepas dari namanya, neraca berguna untuk mengukur kinerja perusahaan. Atau timbangan berguna untuk mengukur berat suatu benda. Pengertian yang berbeda namun tujuannya untuk mencapai keseimbangan.
Memahami neraca, kita mampu menganalisis kondisi kesehatan sebuah usaha. Harus selalu dijaga sisi kanan dan kiri dengan hati-hati. Bagaimana likuiditas dan kemampuan membayar semua kewajiban.
Neraca harus dikelola dengan baik, agar keseimbangan terjaga. Bagaimana pengelolaan kas, tagihan-tagihan, utang-utang termasuk modal yang dimiliki. Salah mengelola bisa berakibat ketidakmampuan dalam membayar utang-utang, kesulitan uang kas, bahkan bisa menuju pada kebangkrutan.
Neraca dan kehidupan
Nah, apakah yang bisa kita pelajari dari neraca. Tentu saja bisa, karena neraca berfungsi menilai kinerja perusahaan. Artinya untuk kita sendiri neraca menjadi ukuran kinerja dan kualitas diri. Semakin banyak kebajikan yang dilakukan maka akan semakin banyak harta yang disimpan.
Ketika Yaksa Alavaka bertanya kepada Sang Buddha, apakah harta yg paling berharga yg dapat dimiliki seorang manusia, Sang Buddha menjawab, "Saddha : Keyakinan" , adalah harta yang paling berharga yang dapat dimiliki oleh seorang manusia.
Dalam ketidaksempurnaan, tentu saja harus melakukan upaya-upaya. Tidak hanya usaha yang perlu dijaga keseimbangannya. Diri kita perlu melakukan pola keseimbangan sebagaimana mengelola neraca usaha.
Bagaimana? Analisa keseharian hidup kita. Runut selama 24 jam, 1 minggu, 1 bulan dan seterusnya. Sudahkan neraca kita menunjukkan harta sama dengan kekayaan hidup? Apakah masih tersisa kewajiban (atau boleh dibaca = perbuatan buruk)? Lebih banyak mana kewajiban ataukah kekayaan hidup?
Saya sendiri sepertinya masih terlampau banyak kewajiban, terlalu sulit memang. Maklumlah, masih banyak belajar dan diri ini dipenuhi ego. Istilahnya melakukan hal negatif jauh lebih mudah, dibandingkan melakukan hal positif.
Menyerah? Tentu tidak, harus terus berusaha menyeimbangkan neraca. Tubuh ini lama kelamaan akan usang, untuk itu perlu pengembangan kesadaran. Seperti neraca perusahaan, dipergunakan untuk menghasilkan kinerja yang baik, demikian juga kita, mengelola neraca kehidupan dengan bijaksana untuk menghasilkan kebajikan optimal.
**
**
Tangerang, 26 April 2022
Penulis: Suhendra untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H