Ya bisa, karena kita juga memiliki harta tapi disatu sisi ada juga kewajibannya bisa kartu kredit, utang tanpa agunan, kepemilikan mobil, ataupun rumah. Sisanya merupakan kekayaan bersih atau modal kalau unit usaha.
Jadi belum tentu seseorang hartanya besar, kekayaan bersihnya juga besar. Bisa jadi itu hasil dari utang yang besar juga. Jika tanpa utang, persamaan akuntansi menjadi harta sama dengan kekayaan bersih. Persamaan akuntansi ini boleh kita sebut dengan neraca karena memenuhi rumus keseimbangan.
Balance Sheet
Neraca (balance sheet) mungkin ada beberapa sudut pandang. Jika pedagang akan mengatakan itu merupakan timbangan. Yang bergelut didunia akuntansi dan keuangan akan berbeda. Mereka akan mengatakan itu adalah bagian dari laporan keuangan.
Isinya berupa kekayaan bersih, aset dan utang yang dimiliki sebuah unit usaha. Terlepas dari namanya, neraca berguna untuk mengukur kinerja perusahaan. Atau timbangan berguna untuk mengukur berat suatu benda. Pengertian yang berbeda namun tujuannya untuk mencapai keseimbangan.
Memahami neraca, kita mampu menganalisis kondisi kesehatan sebuah usaha. Harus selalu dijaga sisi kanan dan kiri dengan hati-hati. Bagaimana likuiditas dan kemampuan membayar semua kewajiban.
Neraca harus dikelola dengan baik, agar keseimbangan terjaga. Bagaimana pengelolaan kas, tagihan-tagihan, utang-utang termasuk modal yang dimiliki. Salah mengelola bisa berakibat ketidakmampuan dalam membayar utang-utang, kesulitan uang kas, bahkan bisa menuju pada kebangkrutan.
Neraca dan kehidupan
Nah, apakah yang bisa kita pelajari dari neraca. Tentu saja bisa, karena neraca berfungsi menilai kinerja perusahaan. Artinya untuk kita sendiri neraca menjadi ukuran kinerja dan kualitas diri. Semakin banyak kebajikan yang dilakukan maka akan semakin banyak harta yang disimpan.
Ketika Yaksa Alavaka bertanya kepada Sang Buddha, apakah harta yg paling berharga yg dapat dimiliki seorang manusia, Sang Buddha menjawab, "Saddha : Keyakinan" , adalah harta yang paling berharga yang dapat dimiliki oleh seorang manusia.
Dalam ketidaksempurnaan, tentu saja harus melakukan upaya-upaya. Tidak hanya usaha yang perlu dijaga keseimbangannya. Diri kita perlu melakukan pola keseimbangan sebagaimana mengelola neraca usaha.