Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini 3+3 Menu Racikan Andalan Pasutri

20 April 2022   06:25 Diperbarui: 20 April 2022   06:36 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini 3+3 Racikan Menu Andalan Pasutri (gambar: videohive.net, diolah pribadi)

"Tanggal 18 Agustus Mama ultah. Pas hari Sabtu. Kamu ada kegiatan kantor enggak?" Suamiku membaca pesan yang baru masuk di genggamannya.

"Belum tahu, sekarang masih kosong, lagian masih lama, masih bulan depan!" jawabku seenaknya tanpa mengalihkan mata dari laptop di hadapanku.

Keluarga suamiku mempunyai kebiasaan untuk merayakan ulang tahun mama bersama.

Mama mertua sudah sepuh. la sangat senang ketika anak mantu, cucu, cicit datang, kumpul bersama.

Walaupun ketika kumpul, si mama cuma duduk manis, santai melahap menu favorit, bakso ikan dan nonton TV. Ia menikmati suasana serta mendengarkan percakapan anggota keluarga.

Tidak terlibat atau ikut ambil posisi dalam perbincangan beda generasi yang heboh.

Suamiku adalah anak cowok pertama, urutan ke 7 dari 9 bersaudara. 2 lelaki dan 7 perempuan. Beda banget dengan aku yang hanya punya 1 kakak laki.

"Makanya, aku tanya dulu. Kamu kan super sibuk. Laptop melulu. Nggak cukup waktu di kantor. Plus ngomel kalau infoin sudah dekat waktunya," timpal suamiku.

Aku, termasuk orang yang beruntung bersuamikannya. Kenapa?

Aku ini seorang pelupa. Apa saja, selalu lupa. Kendati bukan di kantor. Parah. Mulai dari lupa bawa HP. Kata orang, kalau lupa HP pasti akan balik ambil. Tapi tidak berlaku denganku.

Kalau lupa, kelewatan. Ingatnya pada saat tiba di kantor. Astaga. Untung saat ini teknologi memudahkan kita.  WA terkoneksi dengan laptop. Aman, tetap bisa baca pesan yang masuk.

Ada lagi, di dompet cuma ada SIM, KTP, kartu ATM dan kartu kredit tanpa uang tunai. Jadi suamiku sering kali mengecek, khawatir istrinya kekurangan duit. "Takutnya kalau ada apa-apa gimana?" Gitu katanya.

"Yang penting ada kartu kredit sama ATM," batinku.

Pernah suatu ketika, sudah di parkiran kantor, aku baru sadar lupa pakai kacamata. Aduh...! Padahal aku nyupir sendiri. Untung aman-aman saja.

Alhasil, hari itu suamiku cerewet, mengingatkan jangan pulang malam. Aku punya hobi pulang malam, asyik kerja di kantor (sebagai pendidik).

Kadang pulang jam 7.00 atau 08.00 malam. Ketika di rumah pun ada saja yang diulik lagi. Maniak kerja. Bisa sampai jam 24.00. Aaah..

Suamiku sampai bosan mengirim pesan; "Hari ini kamu pulang jam berapa? mau masak atau beli makanan?" Belum lagi kalau WA nya baru kurespons beberapa jam kemudian. Membuatnya harus belajar bersabar. Pasrah.com

Suamiku, orang yang disiplin waktu, waktu kerja, ya kerja. Setelah itu selesai. Jangan disentuh lagi. Menurutnya, masih ada hari esok, jadi lanjutkan besok. Beda denganku, perasaan ini susah move on Alasanku besok masih banyak kerjaan lainnya.

Mungkin karena dia anak pertama cowok dari sembilan bersaudara tujuh cewek dan dua lelaki. Dan aku anak bungsu dua bersaudara yang rewel.

Stok pengertian suamiku tingkat dewa.  Lalu gimana sikapku terhadap suami yang super ini?

Suamiku punya hobi seperti macgyver. Segala sesuatu bisa dibongkar pasang, dimodifikasi dan kreasi daur ulang akan tercipta setelah itu. Inovatif.

Selain berkutat dengan elektronik. Ia seorang handyman. Plumber, montir mobil, tukang, sampai ahli reparasi AC dan HP.

Semua itu yang membuat aku kepincut. Lumayan hemat biaya service. Papaku suka butuh advis di rumah. Tidak ada kata "tidak bisa" bila bersinggungan dengan musik dan elektonik.

Suatu ketika, aku diajak ke studio di Bandung. Membantu adik angkat yang mempunyai masalah dengan dapur rekamannya.

Dari jam 08.00 hingga 24.00 kecuali jam makan. Mereka asyik membedah masalah yang ada. Termasuk membahas musik dan olah vokal. Sedangkan aku, betenya memuncak. Sendirian di ruangan. Main gim sampai baterai habis. Mal jauh. Takut nyasar. Gaptek pakai google map.

Kalau tidak ingat ada di Bandung. Bakalan sudah pulang sendiri.

Hobi itu menguasai suamiku sepenuhnya. Waktu 24 jam terasa kurang. Pengertian dan kesabaranku diuji saat itu.

Kalau sudah berdiskusi dengan teman di balai pertemuan apartemen, ia tidak ingat kalau istri ditinggal sendiri. Bukan pulang malam tapi pagi dini hari. Menghela napas!

Perkenalanku dengan suamiku ketika ikut tour yang diselenggarakan oleh vihara tempatku melatih diri dan memupuk kebajikan.

Ia seorang yang supel dan gaul. Pelatih grup vokal. Good looking, namun mempunyai berpostur tubuh dibawah 170 cm. Body shaming... Di zamannya, hampir semua komunitas vihara dan buddhis, dari remaja hingga lansia kenalnya.

Singkat cerita, karma kolektif mempersatukan kami menuju pelaminan.

Pernikahan tidak hanya mengikat dua sejoli. Tetapi juga menyatukan kedua keluarga yang tidak saling mengenal di awal pernikahan.

Papaku hobi ngomong tanpa titik selama 60 menit. Terkadang, cape dengarnya. Sedangkan mama mertua takada bosannya bertanya kapan punya momongan. Andaikan direkam. Mungkin setiap percakapan mengkonsumsi kapasitas 1 megabit. Panjaaaang.

Bila setiap koki punya resep rahasia yang menjadi andalan. Demikian halnya kami sebagai pasutri.  Berikut bahan dasar yang diperlukan:

  • Saling menghargai sesuai porsi pasutri.
  • Saling menghormati dengan kadar pasutri.
  • Saling melengkapi sebagai bumbu pelengkap.

Racikan diatas diolah menjadi menu utama hidangan setiap hari, sejak pertama kami berikrar sebagai pasutri:

  • Kepercayaan berlogika.
  • Pengertian tanpa posesif.
  • Keterbukaan berempati.

Asupan kesepadanan keyakinan, perilaku, kerelaan, dan pengertian (kebijaksanaan) membuat kami saling mendukung dan menghargai keunikan masing-masing.

Tiga menu utama spesial mengingatkan kami sebuah ikatan perkawinan adalah tugas pasutri untuk merawatnya.

Semoga jalinan jodoh karma kami terpupuk subur.

Sadhu sadhu sadhu

**

Jakarta, 20 April 2022
Penulis: Iing Felicia untuk Grup Penulis Mettasik

gambar: diolah pribadi
gambar: diolah pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun