Dibidang keagamaan, metaverse kedepannya sangat bermanfaat bagi para penggunanya, misalnya saja pengguna dapat beribadah di tempat masing-masing serta berkumpul bersama umat-umat yang lain dalam satu ruang virtual yang sama layaknya ibadah di tempat ibadah secara langsung.
Kalau kita menilik pengunaan aplikasi meeting online seperti Zoom Meeting yang awal pandemi lalu, pengguna sudah mulai memanfaatkan aplikasi tersebut untuk beribadah secara online, penulis yakin metaverse pun akan meningkat pula dibidang keagamaan.
Untuk mewujudkan metaverse dibidang keagamaan ini, setidaknya para pengurus Vihara ataupun pemangku kepentingan umat Buddha setidaknya harus sudah mulai mempersiapkan infrastruktur yang dapat mendukung terciptanya metaverse bagi umat dalam rangka mendukung ibadah secara virtual.
Seperti yang kita ketahui bahwa implementasi metaverse ini salah satunya membutuhkan perangkat teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) sehingga membutuhkan alat headset atau kaca mata virtual reality. Dengan perangkat yang terbilang masih mahal sepertinya hal ini akan menjadi hambatan implementasi metaverse dibidang keagamaan.
Terlaksananya metaverse dibidang keagamaan sepertinya butuh dukungan pemerintah terkait kebijakan penjualan perangkat headset virtual reality bagi dunia keagamaan serta membantu menyediakan infrastrukur lain yang dapat mendukung terlaksananya metaverse di bidang keagamaan.
**
Tangerang, 04 April 2022
Penulis: Yo Ceng Giap untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H