"Membersihkan toilet adalah cara saya untuk menginstropeksi diri. Mengurangi kesombongan, mengurangi kekotoran batin yang kadarnya sama dengan kotoran pada toilet ini," sang Guru menjawab dengan penuh senyuman dan keikhlasan.
Baca juga: Cawan Teh Sang Biksu
Dari kisah tersebut saya merenung, bahwa sebenarnya selain badan yang sehat, kita juga harus memiliki mental yang sehat. Kalau badan yang sehat bisa kita latih, begitu juga dengan mental yang sehat.
Banyak mungkin orang "merasa" mentalnya baik-baik saja. Namun, ketika pikiran penuh nafsu keinginan, mencengkram kuat dalam diri, sesungguhnya mentalnya sudah mulai berkarat.
Ketika pikiran mengabaikan fenomena kehidupan yang terjadi, seperti menolak perpisahan dengan yang dicintai, bertemu dengan yang dibenci, di sanalah mental menjadi keropos.
Ketika pikiran penuh dengan kesombongan, merasa bisa, merasa mampu, bahkan lebih hebat dari orang lain, hingga merendahkan orang lain, saat itulah mental penuh sampah.
Itu semua ibarat kotoran-kotoran mental yang ada di dalam diri seseorang yang harus segera ia ketahui dan bersihkan.
Hukuman membersihkan toilet kini kudapatkan maknanya, bukan hanya sekedar hukuman, namun sebagai renungan: Betapa di dalam tubuh yang satu ini kita memiliki berbagai mental, baik yang positif maupun yang negatif, yang saya artikan sebagai kotoran mental.
Baca juga:Â Upekkha, Belajar untuk Tidak Belajar
Lalu bagaimana membersihkannya?
Nomor satu, tentu harus punya niat dan tekad yang baik dan kuat untuk membersihkannya. Andaikan saja diantara kita ada yang masih suka menyombongkan diri, sadarilah bahwa itu merupakan ketidakbaikan dan tidak boleh dibiarkan.