Dengan berhati-hati, si ibu menanyakan kepada sang istri, apakah ia mau terhindar dari pertengkaran dengan suaminya? Sang istri menjawab "iya."
Sang ibu lantas memberikan sebotol air mineral. Ia mengaku jika air tersebut telah diisi "mantra sakti." Tidak lupa juga sang ibu berpesan; "kulumlah air tersebut selama mungkin saat suamimu pulang kerja. Jangan ditelan ataupun dimuntahkan."
Setelah yakin bahwa sang istri mengerti, kembalilah sang ibu ke rumahnya.
**
Sore hari saat sang suami kembali ke rumah, sang istri langsung mengambil "air mantra" tersebut dan mengikuti pesan dari ibu tetangganya. Ia mulai mengulumnya, dan terus menjaga agar air tersebut tidak tertelan atau tertumpah dari mulutnya.
Sang suami mulai mengomel seperti biasa. Tentang kotornya rumah dan apa saja. Dan seperti biasa juga, sang istrilah yang disalahkan.
Sang istri tetap menjaga agar air terus berada dalam kulumannya. Selama mungkin yang ia mampu, sembari berharap agar suaminya berhenti.
Tapi, ternyata sang istri tidak tahan lagi. Ia tidak bisa menerima tuduhan suaminya. Ia sudah terbiasa bertengkar.
Dimuntahkanlah air dari mulutnya, dan membalas amarah suaminya dengan kata-kata kasar. Buyarlah kesaktian "mantra air" pada hari pertama.
Hari demi hari berlalu, pertengkaran demi pertengkaran tetap terjadi. Sang istri tidak menginginkannya, tetapi ia tidak bisa pula mencegahnya.
Air sakti berisikan "mantra" dari tetangganya itu menjadi satu-satunya harapan. Sang istri yakin dengan itu, tetapi apa daya, ia selalu memuntahkannya.