Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bebas, Bukan Budak Cinta Lagi

26 Desember 2021   06:28 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:31 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini tidak ada ikatan lagi, ia sadar bahwa dulu dirinya adalah seorang budak cinta, kini tidak lagi.Ia bukan bukan budak cinta, ia sudah bebas.

Ketika ia bebas dari ikatan, ia dapat melihat dengan jelas sikapnya, perilakunya, cara berpikirnya ketika ia menjadi budak cinta. Suatu hal yang ia tidak dapat dilakukan ketika ia masih terikat dengan cintanya. Ketika ia budak cinta, ia tak sadar dirinya adalah bucin.

Ia yang selama ini berada dalam sebuah kotak, tidak dapat melihat kotak itu secara utuh. Tetapi, ketika ia bebas, keluar dari kotak tersebut ia dapat melihat kotak itu secara utuh dari luar dengan jelas, sejelas-jelasnya.

**

Dalam yang fana ini, kita hidup di dalam dunia yang kita ciptakan sendiri. Dunia yang tercipta dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita cium, apa yang kita kecap, apa yang kita rasa, apa yang kita pikirkan. Dunia fana yang kita ciptakan sendiri, tidak ada penghuninya, kecuali diri kita sendiri.

Dapat diumpamakan kita adalah anak kecil dan dunia fana yang terus memberikan kegiuran tiada habisnya. Anak kecil itu melompat-lompat kegirangan berlarian kesana kemari, untuk mendapatkan kegiuran, kenikmatan semu. Kenikmatan yang tidak pernah terpuaskan, menjerat dan menjadi ketagihan.

Pada akhirnya menjadi budak dari kenikmatan, budak dari dunia fana.

Seperti juga seorang budak cinta, ia tidak dapat melihat dirinya adalah seorang budak. Sama halnya budak dunia fana, ia tidak dapat melihat bahwa dirinya adalah budak. Hanya ketika ia bebas dari jerat perbudakan itu, maka ia dapat melihat dirinya adalah budak.

**

Ketika seseorang melihat kehidupan yang fana ini tidaklah kekal, tidak memuaskan. Dirinya yang dibanggakan ternyata bukan miliknya, tidak dapat memerintahkan agar dirinya selalu sehat, tidak dapat memerintahkan pikirannya agar selalu bahagia.

Apa yang disebut diri tidak dapat dikendalikan, sehingga dapat dikatakan bukan milikku, bukan diriku, bukan aku, maka ia enggan akan semua ini, jengah akan semua ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun