Kemudian sang pastor bertanya, "Oh, mungkin Adik nggak mau makan daging ayam? Bisa kok minta ganti lauk. Nanti Romo ambilkan lauk lain dari pastoran. Gimana?"
Si bocah masih terdiam. Sejurus kemudian dia menjawab, "Saya bisa kok makan daging ayam, Romo."
Si Romo makin penasaran. "Terus, kenapa Adik tidak mau makan nasi kotak ini?"
Si bocah pemulung itu akhirnya jujur menjawab, "Kakakku sakit. Aku ingin bawa nasi kotakku ini untuk dia."
Sang Romo menghela nafas panjang. Matanya mulai sembab.
Sambil menyembunyikan rasa harunya, sang imam berkata, "Sungguh baik hatimu, Dik. Sekarang jangan cemas. Adik makan saja nasi kotak ini. Nanti Romo akan antar Adik pulang sambil membawa makanan untuk kakakmu."
Si bocah mengangguk. Ia segera membuka nasi kotak itu dan menyantap dengan lahap.
Setelah acara, Romo Paroki menepati janjinya.
Dengan motor, diantarnya si bocah gelandangan budiman menyusuri gang-gang kampung yang sempit dan kumuh.
Di sebuah pondok bersahaja, si kakak terbaring lemah karena demam. Tak ada orang tua mereka. Maklum, sedang mengais sampah demi menyambung hidup.
Sang Romo berjanji akan datang kembali. Mengusahakan bantuan dan perhatian untuk keluarga si bocah gelandangan.