Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ma, Izinkan Aku Menulis Tentangmu

23 Desember 2021   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:33 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ma, maafkan aku... anakmu yang sudah membuatmu susah.

Saat aku lulus SMA (kelas 12). Galau dan bimbang melanda. Inginnya menjadi mahasiswa kuliahan universitas ternama. Tapi modal tipis. Kerja saja. Kakakku sudah kuliah di salah satu universitas di bilangan Grogol. Bagaimana denganku?

Seakan bisa membaca pikiranku. Perdebatan terjadi. Mama mengatakan, "Walaupun kamu seorang perempuan, tetap harus melanjutkan kuliah. Titik!" Argumen Mama adalah perempuan tidak hanya berkutat di dapur, menikah dan mengasuh anak. Perempuan dan Laki-laki adalah jender yang mempunyai kedudukan sama.

Aku mengikuti nasehat Mama. Mendaftarkan diri menjadi calon mahasiswi di Akademi Sekretari di Jakarta. Lolos seleksi. Senang rasanya. Terlebih di semester kedua, aku sudah diterima bekerja paruh waktu. Lulus di semester 6. Semua biaya perkuliahan pun lunas semuanya. 

Aha... Terima kasih Mama. Benar, petuah orang tua itu adalah jimat bagi anaknya.

Kesehatan Mama memburuk akibat malnutrisi masa lalu dan kelalaian pasca melahirkan. Sedih. Pasti. Untuk itulah, Mama selalu mengingatkan kami menjaga kesehatan. "Jangan seperti Mama! Tanpa raga sehat, segalanya sia-sia."

Jasmani Mama tidak kuat menopang sakit yang dideritanya. Namun, perjuangan, semangat, tak kenal menyerah. Kasih Mama yang diwariskan kepada kami tidak akan pernah sirna dimakan zaman, sepanjang hayatku.

Andaikan aku mempunyai mesin waktu Doraemon. Kan ku putarbalikkan kisah indah bersama Mama. Sehingga aku memiliki kesempatan untuk berbakti dan membalas budi semasa Mama hidup.

Bercerita, bersenda gurau, tertawa bersama. Bukan sebaliknya ketika Mama sudah tiada. Jangan pernah sia-siakan kesempatan emas yang ada di hadapan kita. Kesempatan hanya datang sekali dalam kehidupan ini. Menyesal kemudian tidaklah berguna.

Tugasku saat ini menjalankan amanah Mama, semai bibit kebajikan selagi mampu, upayakan semua makhluk ikut merasakan kebahagiaan. Berbakti kepada Mama. Mengatasnamakan nama mendiang, agar Mama turut bersukacita. Pattidana (Pelimpahan Jasa dalam Buddhisme).

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun