Pertanyaan berikutnya, benarkah demikian?
(1)
Setiap manusia dilahirkan tanpa membawa dan memakai sehelai benang. Seorang bayi, ibaratnya selembar kertas putih HVS yang siap ditulis hanya untuk sebuah huruf, tanda baca, kata, kalimat, paragraf, bab atau untaian tulisan yang bermakna. Bahkan, sebaliknya hanya diremas dan menjadi onggokan kertas di tempat sampah.
(2)
Setiap manusia akan melanjuti frekuensi kehidupan masa lampau. Dalam Buddhisme, diyakini setiap makhluk mewarisi karmanya sendiri. Sehingga terkadang ada yang mengalami Deja Vu. Sepertinya pernah merasakan atau kenal dengan sesuatu atau kondisi tertentu.
(3)
Setiap manusia (baca: bayi) akan menjadi dewasa. Mampukah setiap individu ini bertumbuh dan berkembang sesuai dengan hakikat layaknya seorang tokoh yang diidolakan secara norma masyarakat.
Ia diharapkan mampu mengelola, mengawasi dan mengendalikan lima indera melalui catatan-catatan yang terekam dalam kertas putih HVS. Sebagai orang yang dibekali oleh akal pikiran. Ia memiliki kesempatan untuk menentukan baik buruknya sebuah perbuatan dan kondisi.
**
Sesungguhnya setiap insan dunia memiliki kesempatan yang sama. 24 jam adalah waktu yang sama diberikan kepada semua makhluk hidup. Tidak lebih dan tidak kurang walau satu detik. Â Pas. Tepat. Manipulasi menjadi tidak berlaku dalam konteks ini.
Lahir, tua, sakit, mati. Rantai kehidupan seorang manusia. Tidak ada yang pasti dan abadi. Â Yang pasti tokoh dari setiap peristiwa adalah manusia itu sendiri.