Meditasi biasanya penulis lakukan. Berkonsentrasi kepada aliran nafas masuk dan keluar selama 15 menit. Awalnya, masih sulit terbentuk. Sebabnya sisa-sisa kejadian pada hari itu masih melekat kuat.
Namun, pikiran yang mengembara jangan dibiarkan. Objek pernafasan adalah perhatian. Kembali lagi kepada aliran nafas keluar masuk. Merasakan fenomenanya.
Sehingga bila pikiran terpusat pada napas, maka kita hanya berfokus pada masa sekarang - masa pada saat kita sedang bermeditasi.
Tidak ada lagi kejadian lalu yang kacau, atau masa depan yang menjanjikan. Semuanya nyata, apa adanya, saat sekarang.
Jika kita sering berlatih, maka tidak ada lagi pikiran baik atau buruk. Kebahagiaan itu karena melihat segala sesuatu apa adanya.
Yang indah tidak akan selamanya di sana, yang buruk hanyalah persepsi. Yang baik belum tentu benar, yang jahat adalah kenyataan. Terimalah setiap kondisi apa adanya sebagaimana sebuah fenomena alam.
Dengan demikian, tidak ada lagi baik atau buruk. Pikiran kita akan semakin tajam untuk melihat dunia dengan segala bentuk aslinya.
Tibalah kebahagiaan. Karena sesungguhnya ia adalah fenomena yang terjadi. Jauhilah keburukan. Karena itu hanyalah masalah persepsi batin saja.
Mulailah dari mencintai diri sendiri. Karena itu berharga. "Semoga saya selalu berbahagia."
Lanjutkanlah dengan mencintai semua orang. Yang kita temui hari ini, yang sudah lama tidak dijumpai. Yang kita sayangi, maupun yang kita benci. "Semoga semua manusia berbahagia."
Teruskan dengan mencintai semua situasi, semua kondisi. Baik yang mengenakkan maupun yang kurang nyaman. "Semoga semua mahluk berbahagia." Â