Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banjir yang Tidak Ada Musimnya

14 Desember 2021   05:48 Diperbarui: 14 Desember 2021   06:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjaga moralitas itu yang utama. Dalam Buddhisme, moral juga disebut dengan sila. Ada lima sila utama yang menjadi pegangan bagi setiap manusia;

  • Tidak menyakiti/membunuh mahluk lain,
  • Tidak mengambil barang yang bukan milik sendiri,
  • Tidak berbuat asusila,
  • Tidak berbohong, dan
  • Tidak mabuk-mabukan.

Kelima sila ini adalah panduan dasar bagi seseorang untuk menjaga moral yang paling dasar. Kelihatannya sepele, mudah pula diingat. Namun, dalam kenyataanya, sering meleset dipraktikkan.

Dengan demikian, mengetahui tidak saja cukup. Menyadari untuk melengkapi, begitu baiknya.

Mindfulness adalah istilah yang sudah kerap terdengar. Ia merupakan sikap untuk selalu berfokus terhadap keadaan sekitar. Bisa saja berarti berkonsentrasi, tapi tetap ada perbedaannya.

Berkonsentrasi adalah berfokus. Mengulik sebuah keadaan dengan mencurahkan segala pikiran. Akhirnya tetap saja pikiran kemana-mana, agar yang dikonsentrasikan tetap berada pada tempatnya.

Sementara mindfulness justru menjaga pikiran tidak kemana-mana. Berfokus kepada suatu keadaan, tanpa tendensi, dan tanpa penilaian. Istilahnya menjaga "monyet" dalam pikirannya.

Yang dimaksud dengan monyet di sini adalah pikiran-pikiran yang mengembara kemana-mana. Dasarnya itu memang sifat pikiran. Konon kecepatan perubahannya bisa mencapai bermilyar-milyar per detik.

Baca juga: Seruput Kopinya, Tangkap Monyetnya, Praktik Filosofinya

Dengan demikian, sebagus apa pun konsentrasi kita, pikiran akan selalu bercabang. Karena memang itu alamiah.

Agar membuat pikiran kita berada pada tahap Mindfulness, maka kita harus berfokus dengan apa yang kita lakukan. Pada saat yang sama juga dianjurkan untuk merasakan emosi yang muncul dan menerimanya secara terbuka.

Tidak susah, sepanjang ada keinginan. Caranya adalah dengan melakukan praktik meditasi yang benar. Duduk diam dan memperhatikan nafas keluar masuk. Jika ada pikiran yang muncul, kembalilah kepada napas yang mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun