Menjaga moralitas itu yang utama. Dalam Buddhisme, moral juga disebut dengan sila. Ada lima sila utama yang menjadi pegangan bagi setiap manusia;
- Tidak menyakiti/membunuh mahluk lain,
- Tidak mengambil barang yang bukan milik sendiri,
- Tidak berbuat asusila,
- Tidak berbohong, dan
- Tidak mabuk-mabukan.
Kelima sila ini adalah panduan dasar bagi seseorang untuk menjaga moral yang paling dasar. Kelihatannya sepele, mudah pula diingat. Namun, dalam kenyataanya, sering meleset dipraktikkan.
Dengan demikian, mengetahui tidak saja cukup. Menyadari untuk melengkapi, begitu baiknya.
Mindfulness adalah istilah yang sudah kerap terdengar. Ia merupakan sikap untuk selalu berfokus terhadap keadaan sekitar. Bisa saja berarti berkonsentrasi, tapi tetap ada perbedaannya.
Berkonsentrasi adalah berfokus. Mengulik sebuah keadaan dengan mencurahkan segala pikiran. Akhirnya tetap saja pikiran kemana-mana, agar yang dikonsentrasikan tetap berada pada tempatnya.
Sementara mindfulness justru menjaga pikiran tidak kemana-mana. Berfokus kepada suatu keadaan, tanpa tendensi, dan tanpa penilaian. Istilahnya menjaga "monyet" dalam pikirannya.
Yang dimaksud dengan monyet di sini adalah pikiran-pikiran yang mengembara kemana-mana. Dasarnya itu memang sifat pikiran. Konon kecepatan perubahannya bisa mencapai bermilyar-milyar per detik.
Baca juga:Â Seruput Kopinya, Tangkap Monyetnya, Praktik Filosofinya
Dengan demikian, sebagus apa pun konsentrasi kita, pikiran akan selalu bercabang. Karena memang itu alamiah.
Agar membuat pikiran kita berada pada tahap Mindfulness, maka kita harus berfokus dengan apa yang kita lakukan. Pada saat yang sama juga dianjurkan untuk merasakan emosi yang muncul dan menerimanya secara terbuka.
Tidak susah, sepanjang ada keinginan. Caranya adalah dengan melakukan praktik meditasi yang benar. Duduk diam dan memperhatikan nafas keluar masuk. Jika ada pikiran yang muncul, kembalilah kepada napas yang mengalir.