"Tidak!"Â Maya menjawab yakin. Bahkan ia sudah tidak bisa mengingat lagi kapan terakhir ia mencari Syukur.
"Semuanya sudah lewat, Syukur. Bertahun-tahun lalu, iya. Tapi sekarang tidak lagi"
Masih tetap tenang, Syukur kembali bertanya "Bagaimana dulu kamu mencariku, Maya?"
Maya menghela napas. Pikirannya melayang kepada kejadian-kejadian yang lalu. Bayang demi bayang terkilas, menunjukkan masa lalu yang sudah lama tergilas.
"Beragam cara, Syukur. Aku bertanya kepada setiap orang yang mengaku mengenalmu. Tapi, tidak seorang pun yang bisa menunjukkannya."
"Aku menyusuri setiap sudut jalan, Syukur. Aku mencarimu hingga malam menjelang. Menelusuri setiap kata dan kalimat dalam remang. Hingga waktuku terbuang."
"Aku tidak kemana-mana, May. Aku ada, namun mungkin engkau tidak rasa." Syukur menjawab sambal tersenyum.
"Maksud kamu? Aku bingung, Syukur."
"Syukur, kamu justru hadir pada saat aku tidak lagi mencarimu. Aku bahkan enggan memikirkanmu. Di saat aku menjalani hariku apa adanya,"
"Aku tidak pernah mencari sebab kenapa aku tidak bisa menemukanmu. Orang lain bisa, tetapi aku? Tidak. Bertahun-tahun aku merasa diri seperti orang tolol. Sampai akhirnya aku berhenti dan hanya berfokus melakukan hal yang bisa aku kontrol..." Maya mengucapkan kalimat terakhir sambil tertegun.
Melihat perubahan di raut wajah Maya, Syukur bergerak maju, "Sudah paham? Sudah ingat apa yang kamu lakukan?"