Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tanah Liat yang Ingin Jadi Kendi Kecil

12 Desember 2021   04:48 Diperbarui: 12 Desember 2021   06:21 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tanah Liat Yang Ingin Jadi Kendi Kecil (arafuru.com)

Suatu ketika, seonggok tanah liat berkata kepada tukang pembuat kendi, "Jadikanlah aku sebuah kendi kecil saja."

Tukang pembuat kendi bertanya dengan penuh keheranan, "Kenapa di saat tanah liat lain ingin menjadi kendi besar, kamu hanya minta dijadikan kendi kecil saja?".

Tukang pembuat kendi melanjutkan perkataannya, "Semuanya berlomba menjadi kendi besar yang bagus untuk menarik perhatian orang-orang."

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, tukang kendi kemudian berkata, "Aneh sekali kamu malah hanya mau menjadi kendi kecil yang tidak dicari orang."

Si tanah liat mengatakan, "Saya bosan melihat manusia-manusia yang memiliki begitu banyak keinginan. Beruntunglah mereka karena hingga saat ini, memiliki keinginan sebanyak apapun belum dikenakan pajak. Seandainya sudah dikenakan pajak, saya ingin melihat apakah manusia-manusia tersebut masih akan mengumpulkan sedemikian banyak keinginan, yang akhirnya malah memberatkan kehidupannya."

Si tanah liat kemudian melanjutkan, "Saya hanya ingin mengingatkan manusia bahwa keinginan yang terbataslah yang dapat membuat mereka lebih mudah menemukan kebahagiaan dalam kehidupan."

Si tanah liat menutup pembicaraan dengan tukang pembuat kendi dengan berkata, "Sebagai kendi kecil, aku hanya dapat menampung sedikit. Mudah-mudahan dengan melihat ukuranku yang kecil, manusia tersadarkan sehingga bisa mengerem dan lebih mengontrol keinginan-keinginannya."

Keinginan banyak manusia seringkali tidak terbatas karena mengikuti pikiran yang bisa melesat jauh. Pikiran manusia mengembara sangat cepat dan bisa menjangkau jauh ke masa depan. Karenanya, keinginan manusia sangat banyak bahkan hampir tanpa batas.

Mulailah mengevaluasi ulang secara realistis berbagai keinginan yang kita miliki. Batasi keinginan kita. Jangan berlebihan dalam keinginan, apalagi jika hanya meniru-niru orang lain.

Yang terpenting, tingkatkan kualitas internal diri terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Lalu perbanyak upaya atau usaha untuk merealisasikan keinginan-keinginan yang kita miliki.

Niscaya dengan melakukan langkah-langkah tersebut, berbagai keinginan realistis kita akan lebih mudah terpenuhi. Alhasil, kebahagiaan dalam kehidupan akan lebih mudah kita realisasikan.

Jangan sampai terjadi seperti pada sebagian orang. Mengoleksi banyak keinginan. Bahkan keinginan yang tidak realistis pun dikoleksi.

Sayangnya, begitu banyak keinginan yang dimiliki tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas internal diri. Pun tidak dibarengi dengan upaya atau usaha yang memadai.

Hasilnya mudah ditebak. Banyak keinginan tidak terpenuhi. Muncul banyak kekecewaan atas diri dan kehidupan. Akhirnya stres melanda dan kebahagiaanpun menjauh dari kehidupan.

Karenanya, tidak sedikit orang yang lalu menghalalkan segala cara. Berbagai jalan pintas diambil supaya keinginannya yang banyak bisa tercapai.

Mulailah berhati-hati dengan berbagai keinginan yang kita miliki. Dari keinginan-keinginan itulah kemungkinan penderitaan kita bermula.

Oleh karenanya, jika kita sering merasa kurang bahagia dalam kehidupan ini, evaluasilah kembali berbagai keinginan yang kita miliki. Sangat mungkin keinginan yang terlalu banyak dan tidak terkendali menjadi salah satu penyebab kekurangbahagiaan kita.

**

Jakarta, 12 Desember 2021

Penulis: Toni Yoyo untuk Grup Penulis Mettasik

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun