Suatu ketika, seonggok tanah liat berkata kepada tukang pembuat kendi, "Jadikanlah aku sebuah kendi kecil saja."
Tukang pembuat kendi bertanya dengan penuh keheranan, "Kenapa di saat tanah liat lain ingin menjadi kendi besar, kamu hanya minta dijadikan kendi kecil saja?".
Tukang pembuat kendi melanjutkan perkataannya, "Semuanya berlomba menjadi kendi besar yang bagus untuk menarik perhatian orang-orang."
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, tukang kendi kemudian berkata, "Aneh sekali kamu malah hanya mau menjadi kendi kecil yang tidak dicari orang."
Si tanah liat mengatakan, "Saya bosan melihat manusia-manusia yang memiliki begitu banyak keinginan. Beruntunglah mereka karena hingga saat ini, memiliki keinginan sebanyak apapun belum dikenakan pajak. Seandainya sudah dikenakan pajak, saya ingin melihat apakah manusia-manusia tersebut masih akan mengumpulkan sedemikian banyak keinginan, yang akhirnya malah memberatkan kehidupannya."
Si tanah liat kemudian melanjutkan, "Saya hanya ingin mengingatkan manusia bahwa keinginan yang terbataslah yang dapat membuat mereka lebih mudah menemukan kebahagiaan dalam kehidupan."
Si tanah liat menutup pembicaraan dengan tukang pembuat kendi dengan berkata, "Sebagai kendi kecil, aku hanya dapat menampung sedikit. Mudah-mudahan dengan melihat ukuranku yang kecil, manusia tersadarkan sehingga bisa mengerem dan lebih mengontrol keinginan-keinginannya."
Keinginan banyak manusia seringkali tidak terbatas karena mengikuti pikiran yang bisa melesat jauh. Pikiran manusia mengembara sangat cepat dan bisa menjangkau jauh ke masa depan. Karenanya, keinginan manusia sangat banyak bahkan hampir tanpa batas.
Mulailah mengevaluasi ulang secara realistis berbagai keinginan yang kita miliki. Batasi keinginan kita. Jangan berlebihan dalam keinginan, apalagi jika hanya meniru-niru orang lain.
Yang terpenting, tingkatkan kualitas internal diri terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Lalu perbanyak upaya atau usaha untuk merealisasikan keinginan-keinginan yang kita miliki.