Disklaimer: Artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan agama dan keyakinan tertentu.
Catatan: Tulisan ini berdasarkan percakapan nyata antara penulis dan sahabatnya. Nama disamarkan agar tidak mengundang kesalahan persepsi.
**
Oscar, seorang sahabat dari Malaysia pernah bertanya kepadaku. "Rud, mengapa negara Buddhis tidak ada yang kaya-raya?"
Tentu pertanyaan sahabatku ini tidak bisa dianggap sebagai penghinaan. Sebabnya ia yang sedang bengong ini, hanya berusaha mencari bahan pembicaraan saja.
Oscar pun memberikan argumentasi "berlogikanya." Dirinya membandingkan dengan negara "kaya." Semacam Amerika yang dominan dengan keyakinan tertentu. Begitu pula para saudagar minyak dari Arab. Belum lagi China yang konon tidak beragama.
Saya mencoba mereka-reka negara dengan mayoritas Buddhis. Ada Myanmar, Laos, Kamboja, dan juga Thailand. Sisanya tersebar sebagaimana di Indonesia. Bukan agama mayoritas.
Thailand mungkin masuk hitungan. Tapi, mereka tidak juga kaya-kaya amat. Lagipula, menurut sahabatku, karena ada rajanya (alasan.com). Ya, dirinya hanya ingin jawaban tentunya. Bukan argumen.
Saya pun tidak ingin bertengkar. Kenyataannya memang demikian. Thailand tidak "sehebat" Amerika dan sekutunya.
Namun, orang bodoh pun tahu jika agama tidak berhubungan dengan kekayaan. Mungkin lebih tepatnya, sebuah kebetulan. Meskipun hal ini sering dipolitisir oleh sebagian onum pemuka yang ingin mengajak masuk surga.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!