Ketidakkekalan akan berjalan sesuai prosesnya, tidak ada yang dapat mengendalikan. Seseorang yang terlahir akan tiba waktunya ia akan tua, tidak ada orang di bumi ini dari dahulu, sekarang dan akan datang dapat selalu muda, semua akan tua dan akhirnya mati, tidak ada yang dapat menghentikan ketidakkekalan.
Apapun yang kita anggap miliki kita, tidak dapat dikatakan milik kita, karena tidak dapat dikendalikan, selalu berubah, cepat atau lambat semuanya akan berakhir. Ketika sirna, apa yang dapat dikatakan milik sudah tidak ada.
Tidak ada satupun yang dapat dikatakan ini milikku, ini diriku, ini aku. Karena semua yang ada suatu saat akan berlalu.
Bagaimana kita dapat mengatakan tubuh ini milik kita, jika tidak dapat memerintahkan: "Hai tubuh agar selalu sehat dan kuat". Bagaimana kita dapat mengatakan ini perasaanku, jika tidak dapat memerintahkan: "Hai perasaan kita agar selalu tenang dan bahagia".
Semua akan mengalami ketidakkekalan, tidak memuaskan, tidak dapat dijadikan ini milikku, ini diriku, ini aku.
Sebuah kebenaran yang pahit, yang harus dialami setiap manusia, walaupun ia tidak menyadarinya.
Menentang kebenaran
Ketika orang yang disayangi berpisah dari kita, mungkin karena kematian atau alasan lainnya, membuat kita kecewa, sedih, nestapa, mungkin depresi. Semua nestapa ini hanya karena tidak mau menerima kebenaran, tidak mau menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang muncul pasti akan berlalu. Menentangnya hanyalah membawa nestapa.
Jika menganggap anaknya adalah milik, maka ketika anak tidak mau diatur, timbul nestapa. Bagaimana dapat mengendalikan anaknya, diri sendiri tidak dapat mengendalikan perasaannya.
Menyiasati kebenaran dengan kebenaran
Kebenaran tidak peduli apakah kita menerima atau tidak. Jika tidak menerimanya, diri sendiri yang menderita, menentangnya hanyalah perjuangan yang sia-sia.
Langkah terbaik menghadapi kebenaran adalah menerima apa adanya.
Yang buruk berubah dapat menjadi baik, demikian juga yang baik dapat menjadi buruk. Semua berproses sesuai dengan kebenaran, ketidakkekalan. Ketika yang buruk menjadi baik tidak perlu bereuforia, karena suatu saat akan berakhir juga. Demikian ketika yang baik menjadi buruk, tidak perlu bersedih karena demikianlah ketidakkekalan berproses.