Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyiasati Kebenaran dengan Kebenaran

28 November 2021   09:43 Diperbarui: 28 November 2021   09:44 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jayanto Chua untuk Grup Penulis Mettasik (ilustrasi Pribadi)

Ketidakkekalan berlaku pada apapun, berlaku pada benda padat, berlaku pada benda cair, berlaku pada gas, berlaku pada tanaman, berlaku pada hewan, berlaku pada manusia.

Ketidakkekalan berlaku pada siapapun, janin, bayi, anak kecil, remaja, dewasa, orang tua, bahkan manusia yang sudah mati juga mengalami ketidakkekalan.

Ketidakkekalan tidak peduli orang mengetahuinya atau tidak, ketidakkekalan tidak peduli orang menyetujui atau tidak, ketidakkekalan tetap berlaku bagi yang menolaknya.

Jika bumi kita sekarang musnah, lalu terbentuk bumi yang baru, maka ketidakkekalan akan ada, tanpa ketidakkekalan maka tidak mungkin ada kehancuran, tidak mungkin ada keterbentukan yang baru.

Ketidakkekalan bermula karena adanya kemunculan, dilanjutkan dengan keberlangsungan, yang diakhiri dengan kehancuran.

Jika bumi ini hancur, hanyalah akhir dari proses ketidakkekalan, tetapi awal dari sebuah kekosongan. Kekosongan juga tidak akan selamanya, ia berawal, berlangsung dan akhirnya lenyap. Ketika kekosongan hancur, maka merupakan awal dari sebuah keberadaan. Demikian seterusnya.

Ketika kesedihan muncul, ini hanyalah awal dari proses ketidakkekalan, ia akan berlangsung, lalu lenyap. Ketika kesedihan hancur, maka merupakan awal proses ketidakkekalan dari sebuah kebahagiaan. Demikian seterusnya.

Jika hanya dilihat dari satu sisi, ketidakkekalan sepertinya hanya sebuah nestapa. Tapi sebenarnya ketidakkekalan juga adalah harapan untuk bahagia, tanpa ada ketidakkekalan tidak mungkin kesedihan akan berakhir, tanpa ketidakkekalan tidak mungkin muncul kebahagiaan.

Tidak memuaskan

Kebahagiaan yang diperjuangkan, akhirnya akan berakhir. Kesuksesan yang dibangun, suatu saat akan berakhir, jika tidak berakhir, kematian akan tiba dan kesuksesan akan terpisah dari pemiliknya. Yang pada akhirnya sesuatu yang kita anggap keberhasilan akan sirna dan harus diperjuangkan lagi.

Kesedihan sudah pasti tidak memuaskan. Dengan susah payah diselesaikan, akhirnya kesedihan berakhir. Tetapi tidak selamanya ada kebahagiaan, ada lagi kesedihan yang baru. Terus saja berulang, ketidakkekalan pada akhirnya tidak akan memuaskan.

Apapun yang tidak kekal tidaklah mungkin memuaskan.

Tidak dapat dijadikan milik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun