Kecoak adalah hewan yang Tangguh. Mereka bisa bertahan dari segala macam virus dan bakteri. Mereka juga tidak mudah dibasmi dengan obat serangga.
Bahkan, kecoak masih bisa hidup selama beberapa minggu, meskipun kepalanya terputus dari badannya. Mereka mati bukan karena tidak ada kepala, tapi karena tidak bisa makan dan minum.
Hal ini tentu mengerikan bagi manusia, sehingga sering dianggap musuh. Namun, kelebihan ini punya makna filosofis yang dalam. Tidak mudah menyerah dalam segala suasana.
Tiga.
Kecoak bisa terbang. Tapi ia selalu menyasar dirimu. Benarkah demikian? Jika iya, pantaslah ia dibunuh. Maaf, kita salah. Kecoak adalah penerbang buruk. Serangga itu hanya menggunakan sayapnya jika merasa terancam.
Itu pun tidak ke arah manusia. Lebih tepatnya ke arah cahaya. Manusia lebih tinggi dari kecoak. Tubuh kita yang besar seringkali menutupi cahaya, sehingga terlihat laksana siluet berbayang. Â
Jadi, kecoak menganggap siluet ini sebagai sumber cahaya. Tidak heran mereka selalu terbang ke arah diri kita. Itupun karena manusia selalu panik jika bertemu dengan serangga kecil tidak berdosa ini.
Kembali ke aksi brutal mamaku.
Bisa dimaklumi mama jijik dengan kecoak. Lagipula kecoak juga melambangkan rumah yang tidak sehat. Dalam Buddhisme, ada sila pertama yang tidak boleh dilanggar. Isinya adalah larangan membunuh sesama mahluk hidup.
Namun, penerapan sila ini tidak boleh juga diartikan secara membabi-buta. Karena jika iya, maka seharusnya seluruh umat Buddha tidak bisa lagi makan daging. Karena memakan daging adalah usaha untuk mendukung pembunuhan.
Sila pertama adalah ajakan bagi diri kita untuk terbiasa berbuat baik.