Ibu Fani memilih untuk duduk dan memuji Tuhan bersamaku, di dekatku, di barisan kursi paling belakang yang tidak disorot oleh satupun orang di waktu itu. Selama ibadah berlangsung, Ibu Fani menyadari bahwa sikapku tidak seperti biasanya. Tiba-tiba, saat melihat realita di sekitarku seakan membuat bahagiaku hancur.Â
Aku seorang Yaya yang berusaha kuat bahwa aku tidak bisa seperti mereka, di waktu itu aku sudah tidak bisa membohongi diriku sendiri. Ibu Fani yang terus menemaniku hingga ibadah usai, membuat diriku menangis di depannya. Hingga pada akhirnya, Ibu Fani mengajakku untuk berbincang sejenak di ruang pastori pendeta, sembari menunggu giliran makan siang setelah perayaan itu.Â
"Ibu, di hari natal ini Yaya merasa sedih. Yaya tidak bisa merayakan hari natal bersama ayah dan ibu. Sedangkan Ibu Fani pasti tahu, bahwa semua anak di gereja ini asyik merayakan hari natal bersama orang tua mereka. Yaya ingin seperti mereka, Ibu. Yaya ingin menjadi gadis kecil yang juga merasakan hangatnya keluarga"
Ibu Yaya yang mendengar ceritaku, membuat sontak dirinya memeluk diriku dengan sangat erat. Ibu Yaya berusaha keras untuk menenangkan diriku yang di kala itu rasanya aku kesusahan untuk membuat air mataku berhenti mengalir. Setelah aku dibuainya hingga tenang,Ibu Yaya berbisik halus di telingaku..
"Yaya, mungkin takdirmu berbeda dengan mereka. Kenyataan yang kamu terima dan kamu hadapi saat ini memang tidak mudah. Namun, satu hal yang harus Yaya tahu bahwa Tuhan selalu ada di hati Yaya. Tuhan tidak pernah meninggalkan Yaya sedikitpun, bahkan saat Yaya merasa bahwa Yaya sendiri.."
Mendengar Ibu Fani menguatkanku dengan sabarnya, membuat aku menyadari dan mengerti bahwa kasih yang terbesar dan terindah dalam hidup ini hanya kasih Tuhan. Aku terkagum akan penyertaanNya, dengan berbagai cara yang membuatku tetap  berdiri hingga saat ini meskipun dunia seakan meninggalkanku sendirian. Setelah aku berdamai dengan diriku sendiri, aku dan Ibu Fani pergi meninggalkan ruang pastori pendeta sembari menikmati pemandangan kado natal yang diberikan oleh orang tua kepada anak mereka.
Betapa bersyukurnya aku, bahwa kado terindah di hari natal sebenarnya bukan hanya tentang boneka manis dan permen lolipop saja, akan tetapi pertolongan Tuhan yang membuatku mampu dan kuat melewati berbagai rintangan yang membuatku nyaris hampir menyerah, hingga akhirnya aku bisa melewati semuanya bersama Tuhan yang selalu menjadi penolongku.Â
Selamat natal, yaa. Hadiah natal terbaik adalah Tuhan yang selalu membuat semua menjadi indah pada waktuNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H