Pukul 07.00 tiba, suasana pagi di hari natal....
Embun pagi yang sangat dingin tidak terasa membangunkanku. Hingga akhirnya, aku merasa bahwa aku membutuhkan jaket kuning kesayanganku, pemberian ayah di hari ulang tahunku bulan kemarin. Oh iya, aku hampir lupa bahwa hari ini adalah hari natal. Tentunya aku harus segera mempersiapkan diriku supaya aku bisa datang tepat waktu di perayaan gereja bersama keluarga dan temanku. Â Mari berkenalan denganku supaya kalian nyaman berteman denganku.Â
Namaku  Yaya, aku tinggal bersama kakek dan nenekku, sedangkan ayah dan ibuku sedang bekerja di luar kota. Sayangnya, natal tahun ini aku tidak bisa merayakan bersama orang tuaku karena kesibukan pekerjaan mereka yang sangat padat. Namun tak apa, bersama kakek dan nenek aku juga bahagia. Sebentar, aku siap siap dulu sebelum satu jam lagi aku harus pergi.
"Yaya, apakah kamu sudah siap? cepat turun, Paman Budi sudah siap menjemput kita"
Wahh, nenek sudah memanggilku. Baiklahh, ini waktunya untuk aku turun dan nememui kakek nenekku di bawah sana. Hai kawan-kawan, hari ini aku akan menerima hadiah. Apakah kalian tau aku hari ini dapat hadiah apa? ahh, aku sudahh sangat tidak sabar!
"Baik nenek, aku akan segera turun. Sebentar lagii.."
Aku merasa sangat senangg sekali, bersama kakek dan nenek serta Paman Budi, aku menikmati perjalanan menuju gereja dengan gembira. Sepanjang perjalanan, aku menemui seekor kucing dan kelinci yang menggunakan topi kerucut berwarna merah sembari berjalan menikmati gumpalan salju yang sangat halus, menggemaskan sekali  dua hewan ini. Selain itu, aku juga bertemu dengan Tina dan Tono, anak kembar yang juga mempersiapkan diri menuju gereja bersama kedua orang tuanya. Hingga tidak terasa, rombongan kami sudah sampai di parkiran gereja. Wahh, ternyata cepat sekali sampai, yaa.
"Selamat hari natal, Yaya. Tuhan Yesus memberkati!"
Ucap Bapak Stefanus yang adalah pendeta di gerejaku, didampingi oleh isterinya Ibu Fani yang sudah kurasa sebagai ayah dan ibuku sendiri. Aku memasuki altar gereja hingga akhirnya aku menemukan kursi jemaat yang membuatku merasa nyaman duduk di situ. Aku sengaja tidak duduk bersama kakek nenekku, entah mengapa.Â
Natal tahun ini rasanya aku ingin melihat sudut gereja dari arah lain, sehingga hal itu membuat aku memutuskan untuk duduk di bangku paling belakang. Semakin mendekati dimulainya waktu ibadah, aku melihat banyak sekali keluarga cemara yang bahagia menikmati indahnya hari natal. Banyak anak yang bisa melewati natal bersama ayah dan ibunya, sedangkan aku? tidak seberuntung mereka. Hampir saja air mata jatuh membasahi pipiku, akan tetapi aku kaget karena..
"Yaya, Ibu duduk disini yaa. Supaya kamu tidak sendirian."