Mohon tunggu...
grover rondonuwu
grover rondonuwu Mohon Tunggu... Buruh - Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

pria

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menebarkan Kabar Gembira di Tengah Ancaman

7 April 2020   10:38 Diperbarui: 7 April 2020   10:59 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media-media menyebut fakta kesembuhan itu sebagai "kabar baik", "berita suka cita" atau "kabar gembira".

Disebut kabar baik atau kabar gembira, karena kabar itu menimbulkan harapan. Bahwa ternyata orang yang terinfeksi virus Covid-19 itu, tidak selalu berakhir dengan kematian. Justru lebih banyak orang kembali menjadi sehat dari pada mati.

Kabar gembira itu membawa harapan akan kehidupan. Peluang untuk hidup bagi orang yang terinfeksi Virus Covid 19 itu, jauh lebih besar dari kematian.

Kabar baik atau kabar gembira itu membuat orang yang mendengarnya gembira. Kabar baik itu membuat rasa takut akan kematian  dan kekawatiran  akan masa depan menjadi sirna.  Akibatnya imun sistem dalam tubuh berkembang. Imunitas yang berkembang secara alamiah dalam tubuh inilah yang akan menangkal Virus Covid-19.

Narasi Positif Landasan Subyektif
Sebaliknya, adalah tidak bertanggung jawab, jika sebuah narasi positif dikembangkan tidak sesuai dengan fakta, dan terutama tidak sesuai dengan bukti-bukti ilmu pengetahuan.

Misalnya ada seorang ahli Virus Indonesia yang mengatakan bahwa, "Virus Covid-19 tidak berbahaya". Faktanya setiap hari ribuan orang mati karena terinfeksi virus itu. Faktanya dunia medis dan dunia ilmu pengetahuan dibuat bekerja dalam tekanan waktu yang hebat. Faktanya dunia sudah memasuki resesi ekonomi yang parah akibat ancaman virus itu.

Membuat narasi positif bahwa Virus Corona ini tidak berbahaya, justru sangat berbahaya. Karena penerima narasi seperti ini akan meremehkan upaya mitigasi.

Ada juga narasi positif yang dikembangkan tidak sesuai dengan fakta, misalnya "Sudah ditemukan obat penangkal dan vaksin anti virus Corona". Padahal sampai saat ini belum ada obat penangkalnya dan juga belum ada vaksinnya. Ilmuwan dinegara maju juga dinegara berkembang, masih berjibaku dilaboratorium. Mereka butuh waktu sekitar 2 tahun.

Lagi pula jika obat penangkal dan vaksinnya telah ditemukan, maka WHO akan mengumumkan bahwa Pandemi Covid-19 telah selesai.

Yang paling baik adalah,Ikuti saja anjuran pemerintah, hindari kerumunan, jaga jarak, sebisa mungkin tinggal dirumah. Narasi Pemerintah ini adalah narasi postif yang punya landasan obyektif. Positif karena tujuannya baik.Obyektif, karena berdasrkan rekomendasi ilmu pengetahuan. Karena itu lakukan anjuran pemerintah itu dengan disiplin, sabar tapi juga santai.

Percayalah Pandemi ini akan berakhir. Lagi pula jauh lebih banyak orang sembuh dari pada mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun