"Heh! Sebentar lagi aku akan keluar dari dunia ini. Aku sudah bosan dengan dunia. Aku ingin mengetahui apa yang katakan penyihir itu benar atau tidak. Aku terpaksa akan mengambil dengan paksa."Â
Dia melempar semua piring makanannya dan membalikan mejanya. Dia sangat marah dan batu permata kalung yang berwarna merah mengeluarkan cahaya merah yang sangat terang.Â
Dia terselimuti oleh cahaya merah itu dan dia perlahan-lahan perubahan bentuk. Bentuk dirinya tidak asing lagi, yaitu Sphinx yang menyerang kami pada saat di hutan.Â
"Aku akan membunuhmu penyihir!!!" Dia mulai berlari dan melompat dan menerkam aku.Â
Tiba-tiba terkaman dihalangi oleh penasihat kerajaan. Dia menggunakan sihir pelindung untuk melindungi aku. Dia melindungi aku.Â
"Druzilla sudah katakan jangan tunjukan kunci itu kepada siapapun. Kita berada di dalam pengintaian musuh kita."
"Xeo musuh?"
"Bukan Xeo atau Mortaz yang menjadi musuh di sini. Cuma tuan putri ini telah terpengaruh oleh seseorang yang masukan ide yang berencana menguasai dunia Axtraliz. Sebaiknya anda pergi secepatnya dari istana ini. Biar saya mengurus keponakan yang nakal ini."
"Muka monyet. Kamu sudah menghalangi aku berkali-kali. Aku sudah bosan di dunia ini. Biarkan aku keluar dari dunia ini. Aku ingin menjadi penyihir Axtraliz. Itu impian aku! Jangan hancurkan impian aku kali ini!"
"Impian? Itu cuma keegoisan kamu dan haus akan kekuatan sihir. Aku sudah salah mengajari ilmu sihir kepada kamu. Kamu gunakan untuk jahat. Aku harus menghapus kekuatan sihir kamu."
"Coba kalau kamu bisa, muka monyet."Â