Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir dari Axtraliz - Chapter 3

3 Januari 2020   22:27 Diperbarui: 3 Januari 2020   22:32 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak seorang pun menyentuh jalan kerajaan!" Dia berkata dengan suara kesal. Logat raksasa itu terdengar seperti seorang prajurit yang tegas dan keras. 

Aku tetap berdiri dan tidak bergerak dari getrakannya. Sedangkan Greenny menarik jubahku (Con-con masih wujud jubah). Mereka berharap aku tidak menghadapi raksasa yang sangat besar ini. 

"Kenapa aku harus keluar dari jalan sini?" 

"Kamu berani melawan aturan dari kerajaan? " 

"Aku tidak melawan aturan kerajaan. Aku bertanya kenapa? Aku tidak melawan aturan kerajaan." Sebenarnya aku tahu aturannya. Semua informasi ada di dalam sketch book Estephania. 

"Itu sebabnya...." Raksasa itu cuma berdiam dan berpikir." Itu perintah dari raja. Kamu melawan prajurit kerajaan?"  Raksasa itu langsung menyerang kami dengan golok raksasanya. Aku rasa aku membuat dia sangat kesal akan pertanyaanku itu.

Dia tetap mengejar kami bertiga. Raksasa itu tetap mengayun golok raksasanya untuk menyerang kami. Gerakannya lambat dan mudah dibaca oleh aku. 

Greenny melompat ke dada raksasa itu dan menutup mata raksasa besar itu. Greenny mengetahui mata raksasa itu bukan di muka melainkan di dadanya yang besar. 

Dengan kesempatan ini, aku membuka sketch book dan memeriksa informasi yang ada memberitahukan tentang raksasa besi.  Aku membaca dengan cepat dan mengetahui bahwa kelemahan raksasa besi ini adalah sebuah siulan. Siulan itu bertuliskan sebuah lagu yang sering dinyanyikan oleh Estephania. Siulan itu dia beri nama adalah siulan burung kenari di musim dingin. Irama yang halus dan terdengar sedih. Aku pernah bersiul bersama dia. Aku suka irama siulan itu. Irama yang indah sekali dan melo. 

Aku bersiul dan langsung raksasa berhenti seketika. Raksasa tersebut mundur dan menjauh dari kamu. 

Aku tetap bersiul sampai lagu tersebut habis. Setelah siulanku habis, raksasa besi itu roboh dan baju zirah tersebut berserakan di tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun