Keesokan harinya di sekolah saya bertemu dengan Alfi lagi dan saya mengajaknya untuk bermain di rumahku nanti setelah pulang sekolah sekaligus mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) bersama. Alfi sempat berpikir cukup lama namun berujung setuju. Saat pulang sekolah kami berdua naik ke dalam mobilku dan berangkat menuju rumahku.
Ketika sampai di rumahku, saya melihat ekspresi muka Alfi seolah-olah kaget dan juga kagum dengan bentuk rumahnya, namun saya hanya berasumsi bahwa itulah reaksi wajar teman apabila diajak ke rumahku karena sebelumnya saya tidak pernah mengajak siapapun ke rumahku. Karena kebetulan kita dapat PR kami berdua langsung ke kamarku untuk mengerjakan PR.
Tidak terasa telah terlewat lebih dari 3 jam, dan Alfi berkata bahwa ia ingin pulang. Memang saat itu langit sudah gelap dan saya menawarkan untuk mengantarnya pulang. Alfi menolak dan berkata ia akan pulang sendiri. Saya menawarkan untuk memesankan ojek online untuk mengantarnya pulang, dan dengan pasrah Alfi setuju. 10 menit kemudian ojeknya datang dan Alfi segera pulang.
Keesokan saya menyapa Alfi, namun ia hanya mengabaikanku. Disitu saya merasa kebingungan namun saya mencoba untuk tetap berpikir positif. Selama satu hari ini Alfi mengabaikanku, saya merasa sedih namun saya berharap keesokan harinya akan membaik.
Ternyata tidak, Alfi tetap mengabaikanku. Selama 3 hari Alfi mengabaikanku, saya merasa ada sesuatu yang tidak benar. Saya berniat mengunjungi rumah Alfi keesokan harinya, alamat rumahnya berada di riwayat pemesanan ojek online di HP saya. Saya berharap bisa mendapat jawaban dari kedinginan sikapnya padaku beberapa hari ini.
Pada saat keesokan harinya saya ke rumahnya saya tidak menyangka bahwa rumahnya kecil dan jauh dari kota. Saya bertemu dengan Alfi dan saya bertanya kepadanya terkait dengan kedinginan sikapnya beberapa hari ini.Â
Alfi menjelaskan bahwa dia adalah anak yatim piatu dan dia hidup sendirian di rumah kecil ini, ketika kemarin ia ke rumahku dia merasa tidak pantas berteman denganku karena ekonominya. Mendengar itu saya langsung meneteskan air mata dan berkata,
"Aku selama ini tidak pernah punya teman selain almarhum supir lamaku Pak Handa, dan ketika ia meninggal ia mengatakan bahwa saya harus mencari teman di sisiku siapapun itu, agar aku tidak selalu sendiri, dan ketika kamu saat itu ingin berteman denganku saya merasa senang, saya tidak memandang kondisi ekonomimu, saya hanya ingin berteman baik denganmu, fi."
Kami berdua berjabat tangan dan memeluk satu sama lain, kami berdua merasa bahagia sebab senang dapat menjadi teman baik semenjak itu.
Beberapa hari kemudian saya berbicara kepada pamanku tentang keadaan Alfi dan pamanku berniat untuk menawarkan Alfi untuk diadopsi olehnya untuk memperbaiki kondisi Alfi serta menjadi peneman saya di rumah saat sendirian.Â
Mendengar itu saya segera mengabari Alfi dan ia kaget seperti ditikam macan, namun ia juga bahagia sekali dan menerima tawarannya. Dalam waktu singkat Alfi pindah rumah dan tinggal bersamaku dan paman.