Tubuh makhluk hidup atau disebut juga organisme disusun oleh sel. Tubuh manusia sendiri disusun oleh ratusan jenis sel yang berbeda. Sel- sel yang dimiliki oleh manusia dan juga makhluk hidup lainnya itu memiliki peranan yang sangat penting dalam baik tidaknya  kondisi kesehatan tubuh pada tiap-tiap individu.Â
Sel-sel manusia saling bekerja sama hingga sistem yang ada pada tubuh kita dapat berjalan dengan baik. Contohnya saat kita terluka, sel-sel pada luka itu menjadi rusak dan mati tetapi sel-sel yang rusak dan mati itu akan digantikan dengan sel-sel yang baru hingga luka kita dapat kembali sembuh. Peristiwa itu hanya sebagian kecil dari apa yang dilakukan sel bagi tubuh kita. Masih banyak sekali pekerjaan sel pada tubuh kita.
Dalam contoh sebelumnya tersirat seakan-akan sel-sel yang kita miliki dapat secara otomatis menggantikan dirinya apabila yang sebelumnya itu rusak ataupun mati. Tapi apakah benar demikian? Sebenarnya, terdapat salah satu jenis sel dari ratusan jenis sel yang kita miliki yang bertugas secara khusus untuk hal tersebut. Sel itu disebut sel punca atau dalam bahasa inggris yaitu stem cell. Mungkin sebagian dari kita masih asing dengan apa yang dinamakan sel punca itu. Namun faktanya, informasi tentang sel punca ini semakin tersebar luas dari waktu ke waktu.Â
Sel ini juga semakin diperhatikan dalam bidang medis karena sel yang menjadi pabrik dari segala sel pada makhluk hidup ini diharapkan dapat menjadi terobosan baru dalam pegobatan berbagai penyakit, terutama penyakit kronis. Namun dibalik harapan akan potensi sel punca ini terdapat hal-hal yang masih diperdebatkan sampai saat ini. Hal apa yang diperdebatkan dari sel punca? Kita akan membahasnya lebih mendalam.
Semua organisme dasarnya berasal dari gabungan antara sel telur dari betina dan sel sperma dari jantan yang setelah bergabung kemudian mengalami pembelahan-pembelahan sel untuk akhirnya membentuk zigot.Â
Seiring berkembangnya zigot, sel-sel yang dimilikinya akan semakin bertambah dan akan mengalami yang dinamakan diferensiasi. Apa itu diferensiasi? Diferensiasi merupakan proses alami yang dilalui zigot dari yang sebelumnya memiliki sel-sel penyusun yang berbentuk sama kemudian mengalami spesialisasi hingga tiap sel memiliki fungsi khusus dan bentuknya masing-masing.
Kembali ke sel punca, sel ini dapat dikatakan sebagai sel yang masih 'polos' dengan belum mengalami diferensiasi hingga sel ini belum memiliki fungsi dan bentuk khusus apapun. Kemurnian sel ini membuatnya memiliki beberapa kemampuan yang dianggap spesial sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang pengobatan.Â
Kemampuan yang pertama adalah kemampuan sel ini untuk dapat berdiferensiasi menjadi sel lain, berdasarkan kemampuan berdiferensinya, sel ini terbagi menjadi 4 jenis, yaitu Totipoten (dapat menjadi berbagai sel, contohnya zigot), Pluripoten (dapat menjadi 3 lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm tetapi tidak menjadi organisme baru, contohnya stem cell embrionik), Multipoten (dapat menjadi sel dewasa, contohnya stem cell hematopoetik), dan Unipoten (hanya dapat menjadi satu sel tertentu). Kemampuan yang kedua adalah kemampuan sel ini untuk memperbanyak dirinya sendiri dengan salah satu tujuannya untuk memperbaharui diri sendiri.Â
Dengan tujuan tersebut, sel ini memiliki kemampuan untuk membuat copy-an dirinya sendiri yang bersifat idetik dengan induk selnya sendiri. Melalui dua kemampuan yang dimiliki sel punca tersebut dapat disimpulkan kalau sel ini merupakan sumber dari segala sel-sel yang baru. Hal tersebut didorong lagi oleh kemampuan ketiga yang dimiliki sel punca yaitu kemampuan untuk membelah dan memperbanyak diri sebanyak-banyaknya tergantung pada kebutuhan tubuh.
Dilihat dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki sel punca, sudah dapat ditebak sel ini akan berguna dalam berbagai hal,khususnya dalam hal kesehatan. Bagaimana perkembangan pengobatan berbasis sel punca ini? Kita akan membahasnya secara global terlebih dahulu.Â
Terobosan pengobatan ini disebut-sebut dapat mengobati penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit yang berhubungan dengan syaraf (Parkinson dan Huntington) maupun penyakit kerusakan organ seperti kanker, jantung, diabetes, dan HIV/AIDS.Â
Salah satu contohnya pada tahun 2007, seorang warga Amerika Serikat yang tinggal di Jerman bernama Timothy Ray Brown dinyatakan sembuh dari HIV setelah menjalani terapi sel punca. Dugaan awal para ahli akan kasus ini menyebutkan virus-virus HIV dalam tubuh Brown tidak dimengerti bagaimana caranya dapat disingkirkan oleh sel-sel darah baru hasil terapi sel punca yang dijalaninya.Â
Dugaan yang sangat mentah itu dan penelitian yang masih terus berlanjut menjadi harapan bagi 33 juta pasien HIV/AIDS di dunia. Selain contoh pengobatan HIV yang berhasil, terdapat satu contoh tempat dimana terapi sel punca diterapkan yaitu di salah satu rumah sakit terkenal di dunia yang mengaplikasikan teknologi sel punca untuk terapi kanker nama rumah sakit tersebut  adalah Modem Cancer Hospital Guangzhou di China.
Dengan fasilitas kultur stem cell embrionik, tulang sumsum yang diambil dari pasien sendiri akan dimasukkan lewat pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri pasien setelah dibuat mengalami proses stimulasi hingga saat telah dimasukkan, akan membentuk sel-sel baru yang bebas kanker.Â
Hingga sel-sel organ yang telah terkena kanker akan dilawan dan disingkirkan oleh sel-sel baru tersebut. Meskipun dilihat secara global perkembangan pengobatan ini belum begitu pesat, tetapi tetap ada keberhasilan yang membuat penelitian dan usaha memajukan teknologi pengobatan melalui sel punca ini tetap berlanjut.
Sedangkan di dalam Indonesia sendiri telah terdapat 11 rumah sakit yang diizinkan melaksanakan terapi sel punca. Rumah sakit tersebut, antara lain adalah RS Cipta Mangun Kusumo, Rs Sutomo, RS M Djamil, RS Persahabatan, RS Fatmawati, RS Dharmais, RS Harapan Kita, RS Hasan Sadikin, RS Kariadi, RS Sardjito, dan RS Sanglah.Â
Penyakit jantung dan radang sendi adalah penyakit-penyakit yang umumnya diatasi oleh 11 rumah sakit tersebut. Perizinan tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 32 tahun 2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca. Dapat dikatakan adanya peraturan perizian tersebut  menjadi jawaban bagaimana perkembangan terapi sel punca di Indonesia.
Dibalik perkembangan pengobatan melalui terapi sel punca yang ada di Indonesia maupun di dunia, terdapat paling tidak tiga kendala. Yang pertama, kendala pada biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk dapat melakukan terapi sel punca itu sangatlah besar. Tidak semua orang dapat melakukannya, sebaliknya hanya orang- orang yang menengah ke atas yang dapat menerima pengobatan tersebut.Â
Sedangkan orang-orang menengah ke bawah tidak dapat menerimanya karena begitu besar biaya yang diperlukan sampai BPJS saja tidak mau menanggung biaya pengobatan tersebut. Yang kedua, keamanan pengobatan. Sel punca dapat menyebabkan tumor, dan rejeksi imun apabila tubuh pasien menolak sel yang dimasukkan ke dalamnya. Yang ketiga, kesulitan dalam kultur sel punca embrionik.
Sebelum masuk ke penjelasan kendala yang ketiga, kita akan masuk terlebih dahulu ke macam-macam jenis sel punca menurut asal sel. Ada 4 jenis sel punca. Pertama, sel punca embrionik. Sesuai namanya, sel ini diambil dari embrio yang didapatkan dari proses bayi tabung yang berusia 3-5 hari. Sel punca ini dapat beratus-ratus kali lipat memperbanyak dirinya karena memiliki jangka waktu yang sangat panjang.
Sel apapun dalam tubuh dapat dikembangkan melalui sel punca jenis ini. Tetapi sel punca jenis ini yang paling kontroversial sampai saat ini. Kedua, sel punca non-embrionik atau sel punca dewasa. Sel jenis ini diambil dari tubuh bayi ataupun anak-anak. Sel jenis ini telah memiliki peran sebelumnya hingga ia hanya dapat memperbanyak diri sesuai perannya.Â
Terdapat dua macam sel jenis ini pertama, sel yang akan membentuk sel darah merah, sel darah putih dan keping darah yang disebut sel punca pembentuk darah (homatopoetik) dan sel yang akan membentuk sel tulang, otot, tendon, ligament, dan lemak yaitu sel punca multipotensi (mesenchimal). Ketiga, sel punca perinatal.Â
Tali pusar dan plasenta bayi yang baru lahir yang langsung dibekukan di laboratorium atau disimpan di bank sel punca yang dapat digunakan pengobatan apabila anak terkena kanker dan kelainan darah. Itulah yang disebut sel punca perinatal atau juga disebut sel punca dari tali pusar. Keempat, sel 'iPS'.Sel yang tidak diambil dari pasien maupun dari embrio, tetapi memiliki sifat yang mirip dengan sel punca embrionik.
Mengapa kesulitan dalam kultur sel punca? Dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr Indah Yulianto mengatakan tentang kultur sel punca, "kultur Stem Cells sangat rumit dan membutuhkan waktu yang lama serta harus dikerjakan oleh tenaga yang mempunyai kompetensi serta membutuhkan berbagai bahan kultur yang mahal dengan alat yang mahal pula."Â
Dari yang dokter Indah sampaikan, saya menjadi mengerti mengapa untuk melakukan prosedur terapi sel punca itu memerlukan biaya yang sangat besar. Ditambah adanya kontroversi asal muasal sel jika akan menggunakan sel punca jenis sel punca embriotik. Apakah asal muasal sel punja embriotik tidak masalah masih menjadi krontroversi. Saya akan mencoba berpendapat tentang hal tersebut.
Sel punca embriotik didapat dengan menghancurkan embrio dini. Padahal di dalam embrio terdapat potensi hidup menjadi manusia. Tetapi disamping hal itu seiring perkembangan penelitian tentang sel punca embriotik, teknologi pengobatan terapi sel punca embriotik juga ikut berkembang. Dengan adanya perkembangan dalam bidang pengobatan tersebut berarti semakin besar kemungkinan dapat meringankan penderitaan banyak orang.Â
Para pemuka agama-agama di Indonesia yang berkumpul dalam diskusi panel yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang mengangkat topik tentang perkembangan terapi sel punca embriotik serempak berpendapat bahwa penerapan terapi sel punca (stem cell) embrionik untuk pengobatan penyakit tidak diperbolehkan oleh agama karena embrio terbentuk setelah konsepsi yang artinya kehidupan telah ada di dalamnya, dan jika menghancurkannya sama saja dengan melakukan aborsi.Â
Saya sependapat dengan para pemuka agama untuk tidak memperbolehkan penggunaan sel punca embriotik untuk pengobatan, apalagi jika penggunaan sel ini bukan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk pengobatan tersebut. Lagipula tetap tidak terasa manusiawi apabila menghilangkan kemungkinan hidup manusia satu untuk memberi manusia lain waktu yang lebih lama untuk hidup.Â
Walaupun sel punca embriotik memiliki sifat-sifat yang mendukung apabila digunakan untuk pengobatan, dalam penelitian baru tentang sel punca didapat kabar adanya perkembangan dalam penelitian sel punca lain selain sel punca embriotik, seperti sel punca yang didapat dari jaringan lemak, tali pusat dan darah tali pusat. Perkembangan penelitian ini mendapat lebih banyak dukungan daripada penelitian sel punca embriotik. Karena dalam menghasilkan sel punca lain selain sel punca embriotik tersebut tidak perlu menghancurkan kesempatan hidup siapa-siapa.
Daftar pustaka :
- Dra. Irnaningtyas, M.Pd. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Â Jakarta: Erlangga.
- http://www.tribunnews.com/kesehatan/2017/12/15/teknologi-sel-punca-di-indonesia-masih-kontroversi-di-jepang-dikembangkan
- http://prostem.co.id/articles/view/mengapa-penggunaan-sel-punca-embrionik-kontroversial-1
- https://gravitime.net/2017/10/apa-itu-stem-cell-pengertian-jenis-stem-cell-cara-memperoleh-manfaat.html
- https://www.republika.co.id/berita/koran/medika/15/09/02/nu1i3c10-pemrosesan-sel-punca
- https://sains.kompas.com/read/2017/10/12/160700523/bagaimana-perkembangan-terapi-sel-punca-di-indonesia-
- https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/apa-itu-sel-punca/
- https://www.alodokter.com/mengganti-sel-yang-rusak-dengan-transplantasi-sel-punca
- https://www.pinterpandai.com/stem-cell-sel-punca/
- https://kliksma.com/2015/03/proses-spesialisasi-sel-genetik.html
- https://hisham.id/2015/07/jelaskan-yang-dimaksud-dengan-spesialisasi.html
- https://nasional.kompas.com/read/2008/07/26/22151682/sel.punca.embrionik.untuk.pengobatan.dilarang.agama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI