Gamsahamnida, terima kasih. Hanya satu kata inilah yang pantas diberikan kepada Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang baru saja diberhentikan dari jabatan pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI.Â
Pada Senin siang, 6 Januari 2025, Ketua Umum PSSI menyampaikan langsung perihal yang sudah menjadi keresahan banyak pendukung Timnas Indonesia tiga hari belakangan.
"Coach Shin Tae-yong telah menerima surat menyuratnya, nanti tentu ada proses yang berikutnya mengenai hubungan kita yang sudah berakhir. Apa yang kita lakukan hari ini untuk kebaikan Tim Nasional," kata Erick Thohir dikutip dari kompas.com.
Terkait alasan yang mendasari dipecatnya pelatih berusia 54 tahun tersebut selepas rapat Exco PSSI pada Kamis, 2 Januari 2025 lalu, pria yang pernah menjadi pemilik klub Inter Milan ini menjelaskan dengan cukup detail.
"Kita melihat perlunya ada pimpinan yang bisa lebih menerapkan strategi yang disepakati oleh para pemain. Komunikasi yang lebih baik dan tentu implementasi program lebih baik secara menyeluruh ke timnas."
Jadi sudah jelas bahwa ada sebuah proses evaluasi yang sudah dilakukan oleh PSSI, yang mana memang merupakan domain mereka, dan para pecinta bola tidak perlu bertanya lagi, 'mengapa?'.
Berikut adalah penjabaran sisi negatif dan positif yang bisa diambil dari peristiwa penting yang memulai tahun baru 2025 ini.
Letakkan Setiap Celotehan pada Tempatnya
Memulai dengan hal negatif tentu bisa mengundang banyak pro dan kontra. Tetapi, disinilah kita bisa berkaca, bahwa mentalitas banyak netizen (saya sebut netizen karena banyak yang bukan penggemar sepak bola sejati) di Indonesia belum bisa menunjukkan adab yang tepat terhadap sebuah keputusan organisasional.Â
Banyak celotehan yang tidak pada tempatnya, membuat perihal 'hasil baik dan buruk' yang wajar terjadi di dunia profesional, justru menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan.
Kita harus sadar bahwa yang menentukan KPI (Key Performance Indicator) untuk kinerja Coach STY adalah PSSI. Mau mantan pemain, mantan pelatih, pundit andal, ataupun netizen lainnya, hanya bisa memberikan pendapatnya saja. Mereka tidak punya hak mempengaruhi keputusan organisasi.