Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pengalaman Spiritual Mengikuti Ritual Tolak Bala Zio Ae di Nagekeo

1 Desember 2024   08:43 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:45 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan menuruni bukit menuju Sungai lowolele. (Sumber: Dukumentasi Pribadi Greg Satria)

Kamipun melanjutkan proses memasak kurban seekor babi dan seekor ayam, sembari disuguhi ubi bakar yang ternyata sudah dimasukkan di dalam api unggun tadi. Secangkir kopi khas Flores menjadi penyedap hidangan pembuka ini. Ada pula "urap-urap" khas Flores dengan daun pepaya rebus yang uniknya, dijadikan hunjukan tanpa nasi.

Menu utama pun selesai dimasak. Babi yang usai dibakar lalu dicampur dengan parutan kelapa dan rempah dalam lauk yang tenar disebur ra'a rete. Bersama sayur daun singkong dan sambal khas Flores, menu ini terasa segar dengan nasi bambu yang telah masak.

Pemandangan indah nan natural di kawasan Sungai Lowolele. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Greg Satria)
Pemandangan indah nan natural di kawasan Sungai Lowolele. (Sumber: Dokumentasi Pribadi Greg Satria)

Berpamitan dengan Lowolele dan Tidak Boleh Menoleh Lagi

Upacara ini secara adat harus usai sebelum pukul tiga sore. Tiga puluh menit sebelum waktu tersebut, keempat pasien dengan moderator kembali ke bibir sungai.

Keluarga pasien membasuh kaki, mencuci tangan, dan membuang sisa makanan di sungai Lowolele, sebagai penanda hal negatif telah terlepas semua dari pasien. 

Menyambut mereka kembali, kami lantas mendaki bukit untuk kembali ke tempat parkir kendaraan di atas jalan. Sebuah pesan dengan jelas terucap dari tetua dan moderator, bahwa kami dilarang menoleh ke belakang lagi hingga sampai di atas.

Alam pun memberikan berkatnya. Kami melanjutkan perjalanan pulang di tengah turunnya hujan di kawasan Nagekeo. 

Berkumpul lagi di rumah keluarga pasien, kami lalu disambut suguhan sederhana yang diperkaya sesuatu yang penulis jarang lihat di Jawa, kebersamaan.

(NB: Penulis memohon maaf apabila ada penulisan dan intepretasi yang salah dari artikel ini. Semua yang tertuang merupakan sudut pandang awam dengan melakukan beberapa wawancara dengan pihak yang terlibat)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun