"Komunitas adalah jantungnya kompasiana..."
Sepenggal kalimat itu sempat membuat saya minder sewaktu memutuskan mulai untuk ber-kompasiana Oktober 2023 lalu. Tepat di bulan tersebut, juga diadakan polling untuk para kompasianer terbaik tahun di event Kompasianival 2023. Saya yang berbekal pengetahuan "lebih" di urusan sepak bola, jadi maju-mundur untuk menulis.
Terimakasih saya ucapkan kepada para senior, guru (memang mayoritas adalah guru, sih...), dan sesepuh Kompasianer yang sangat berbaik hati memberi komentar pada beberapa artikel awal saya.
Saya mention beberapa di antaranya. Pertama adalah pasutri berbahagia Opa Tjiptadinata Effendi serta Oma Roselina Tjiptadinata yang merayakan diamond wedding aniversary-nya di tahun ini. Lalu ada Aki Hensa, Pak Buyung Nurman, Pak Bambang Syairudin, Pak Budi Susilo, "Bang Eka" Kaekaha, Pak Jandris Slamat Tambatua, Pak Irwan Rinaldi Sikumbang, dan Bu Isti Yogiswandani.
Berkat kebaikan mereka dalam meninggalkan jejak komentarnya di artikel-artikel awal saya, rasa minder perlahan hilang. Tinggal bagaimana saya belajar untuk menjadi salah satu penyaji terbaik di media blogging keroyokan ini (Btw, saya memang punya level kompetisi yang tinggi. hehehe)
Sekedar saran kepada Kompasianer yang baru memulai menulis, memang interaksi menjadi salah satu menu wajib di wadah ini. Saya awalnya juga terbesit, "buat apa blog-walking?", tetapi percaya saya, di situlah letak kunci keberlanjutan kita dalam berkompasiana.Â
Apalagi jika seperti saya, yang sama sekali tidak ikut dalam komunitas penulis. Tentang komunitas, saya simpan saja opini saya di akhir, deh.
Kemudian seiring berjalannya waktu, saya mulai dapat mempelajari secara perlahan tulisan apa yang bisa dikontribusikan, di tengah miliaran tulisan yang ada di dunia maya.Â
Sebelum jauh mengenal apa itu SEO, belajar mengenai topik artikel, judul artikel, maupun susunan paragraf saya sambi dengan membaca karya-karya Kompasianer lainnya, terutama yang sefrekuensi di bidang olahraga.
Tidak ada usaha belajar yang sia-sia, sampai detik ini saya sudah berhasil menelurkan 99 Artikel Utama yang diapresiasi oleh mimin-K. Ya, harapan saya sih, artikel ini jadi penggenap untuk AU yang ke-100, hehehehe.
Alasan Menulis di Kompasiana
Mbak Novia Respati menulis "Jangan tanya aku kenal Kompasiana dari mana", membuat saya juga lupa awalnya menulis di kompasiana atas saran siapa. Kalau tidak salah, sewaktu itu saya mencoba dua atau tiga platform, namun yang lebih welcome untuk di terbitkan, ya Kompasiana ini.
Salah satu artikel yang menjadi rujukan saya menjadi kompasiner aktif, antara lain "Anak Bukan Investasi Hari Tua, Memutus Rantai Generasi Sandwich" dari mas Muzamil Misbah, membuat saya tidak merasa sendiri dalam keterjebakan "roda yang tidak mau berputar".
Ada contoh dari video viral yang menunjukkan sepeda dengan roda berbentuk persegi tidak bisa berjalan di lintasan datar, tetapi malah bisa di lintasan lubang berjarak. Bagi saya, Kompasiana adalah lintasan lubang berjarak tersebut.Â
Selamat Ulang Tahun Kompasiana ke-16
Secara khusus, tentu saya tidak lupa mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-16 kepada Kompasiana. Semoga tetap selalu berinovasi menjadi "rumah gadang" bagi semua orang yang ingin menuangkan isi pikirannya. Every Storry Matters!
Terimakasih juga saya ucapkan, atas beberapa rupiah yang sudah mengalir ke saldo Go-Pay saya sebagai reward dalam menjadi kompasianer aktif.
Terlebih, momen pertama kalinya tulisan saya akan dibukukan dalam program KKN (Kuliah, Kerja, Ngonten). Tidak disangka memang, tulisan yang saya buat secara refleks bisa menjadi salah satu dari 20 cerpen terbaik pilihan tim kurator.
Dari pelatihan yang diberikan dalam program tersebut, banyak insight yang menambah ilmu saya dalam hal tulis-menulis. Luar biasa! Di atas langit, masih ada langit...
Sekelumit Saran untuk Kompasiana
Meneruskan saran dari Mbak Novia, memang menjadi pergumulan beberapa Kompasianer aktif kala berbalas pesan langsung dengan saya, adalah mengenai pagu K-Rewards.
Kepada mimin-K, mohon untuk tidak baper dan tutup mata jika membaca keluhan kami, terutama kompasianer yang kurang mendapat manfaat dari mengikuti komunitas, sebab lokasi kami jauh di daerah.
Jikalau Kompasiana bisa mengadakan beberapa event besar secara offline, kami tentu berharap pula agar pagu K-Rewards bisa ditingkatkan. Penulis-penulis di daerah seperti saya, tentu juga ingin bisa hadir di event-event tersebut. Namun karena jarak, kami juga hanya bisa aktif sebagai "anggota keluarga K" dalam wujud memberikan tulisan.
Menjawab sendiri judul artikel saya ini, Kompasiana adalah wadah untuk kita semua. Tak terpisah jarak dan waktu, sebab karya tulisan akan abadi selalu. Sekali lagi, Every Story Matters.
Satu pantun sebagai penutup tulisan ini,Â
"Beli Baju sekalian dengan celana, harganya murah di Pasar Kedoya,Â
Jika komunitas adalah jantung kompasiana, maka penulis aktif adalah darahnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H