Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Masih Relevankah Konsep "Rich Dad Poor Dad" di Tengah Himpitan Ekonomi Tahun 2024?

17 September 2024   18:00 Diperbarui: 20 September 2024   09:07 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi dua buku Rich Dad Poor Dad by Robert T. Kiyosaki. Sumber : dokpri

Baru-baru ini, seorang kolega yang menjadi Manajer Pemasaran Cabang sebuah Bank Swasta sedang berkunjung ke rumah saya. Ia melihat dua buku yang tergeletak di meja tamu, dan menyampaikan pertanyaan menggelitik.

"Memang masih relevan konsep Rich Dad Poor Dad" sekarang ini, Mas?"

Rupanya kolega saya ini baru saja melihat dua buku Robert T. Kiyosaki yang selalu saya baca ketika sedang senggang, sampai-sampai sampulnya terkelupas. Saya pun menjawab, "tentu Mas. Apalagi untuk anak yang dididik oleh Poor Dad seperti Saya."

Konsep Rich Dad Poor Dad dari Robert T. Kiyosaki, bukan bertujuan untuk mengolok-olok ayah atau orang tua dalam membimbing anaknya. Pada dasarnya, semua orang tua ingin yang terbaik bagi sang anak. Tetapi, cara mereka mengajarkan literasi keuangan dapat dikategorikan menjadi Rich Dad (Orang Kaya) atau Poor Dad (Orang Miskin).

Rich Dad mengacu pada sosok orang tua yang sangat melek keuangan, dan bahkan mengajarkan seluk beluk keuangan sedari anaknya berusia dini. Mereka sama sekali tidak mengharapkan anaknya hanya menjadi "budak korporat" ketika dewasa kelak, meskipun masih melazimkan hal tersebut sebagai pijakan awal setelah lulus pendidikan. Memperbanyak aset produktif adalah jalan ninjanya.

Sedangkan Poor Dad merujuk pada sosok orang tua, yang ingin anaknya hanyut dalam arus korporasi, menjadi pegawai yang setia, hingga menapaki tangga promosi jabatan. Tidak sepenuhnya salah, hanya saja Ayah seperti ini kerap terkungkung dalam zona nyaman dan lupa hal-hal mendasar dari keuangan, yakni aset dan liabilitas.

Tahun 2024 adalah era penuh tantangan ekonomi bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Kelas menengah, yang selama ini dianggap sebagai pendorong utama perekonomian, menghadapi tekanan dari berbagai arah. 

Dari meningkatnya inflasi hingga ketidakpastian global, kondisi ini memaksa banyak orang untuk berpikir kreatif tentang masa depan keuangan mereka. Di tengah situasi ini, konsep "Rich Dad, Poor Dad" karya Robert T. Kiyosaki semakin relevan. 

Seri buku tersebut menawarkan prinsip-prinsip dasar yang sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin membangun kemandirian finansial, termasuk bagi anak-anak dan kaum muda.

Namun, di tengah ketidakpastian tersebut, muncul pula berbagai peluang, khususnya di sektor wirausaha. Bagi kelas menengah Indonesia, tahun 2024 bisa menjadi waktu yang tepat untuk mulai berpikir dan bertindak lebih cerdas dalam mengelola keuangan dan memanfaatkan peluang usaha, sekaligus berkompetisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun