Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Imbangi Australia, Pertahanan Timnas Indonesia Berwajah Real Madrid

11 September 2024   07:54 Diperbarui: 11 September 2024   07:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu, Socceroos bisa mendikte permainan dengan melambatkan tempo dan memainkan bola ping-pong (pola serangan dengan pantulan bola atas). Jay Idzes dkk terperangkap dengan pola ini, dan ikut-ikutan melakukan bola-bola panjang.

Duet bek Australia Harry Souttar dan Cameron Burgess tentu tidak kesulitan menghalau serangan Timnas Garuda, sebab tinggi mereka 194 cm dan 198 cm. Dua pemain yang berkarier di Inggris ini menjadi titik tumpu dimulainya serangan dan dengan pede menaikkan garis pertahanannya.

Akibatnya, Indonesia jadi tertekan dan kudu merasakan dag-dig-dug karena Australia secara total menghasilkan 15 sepak pojok. Beruntungnya, mayoritas bola kiriman Craig Goodwin tidak bisa menemui kepala Harry Souttar.

Titik yang Diincar oleh Australia

Graham Arnold dalam konferensi pers awal laga mengaku sudah "khatam" dengan permainan Indonesia, yang terakhir dikalahkannya bulan Januari 2024 lalu. Selepas lima menit pertama yang mengkhawatirkannya, strategi serangannya terbukti mampu memukul balik pasukan Coach STY.

Menggunakan formasi 4-4-2, pada kenyataannya striker Mitchell Duke dan Nestory Irankunda saling bergantian menuju sisi sayap, menambah jumlah pemain flank. Titik yang diincar adalah di antara bek tengah dan wing-back Indonesia.

Di sisi kanan Timnas Indonesia, ruang antara Sandy Walsh dan Rizky Ridho menjadi sasaran empuk Aziz Behich dan Craig Goodwin. Mitchell Duke akan bergerak menjauh dari Jay Idzes, "meminta" dijaga oleh Rizky Ridho, sehingga ruangan tersebut bisa diisi dengan mudah oleh Goodwin maupun Hehich yang hanya dijaga Sandy Walsh.

Sebaliknya, di sisi kiri, ruang antara Calvin Verdonk dan Justin Hubner diincar oleh Alessandro Circati serta Samuel Silvera, dengan bantuan yang sama dari Irankunda. 

Lalu mengapa Indonesia bisa kekurangan pemain di sisi sayap? Ini merupakan resiko dari strategi Coach STY yang me-man-marking Jackson Irvine di lini tengah. Saking takutnya Irvine lepas, Nathan Tjoe-A-On dan Ivar Jenner terkesan dikelabuhi Irvine yang bergerak menjauh dari bola, membuat salah satu dari mereka tidak bisa terlibat dalam pertahanan sisi sayap.

Tentu Graham Arnold paham, strategi ini membuat minimnya penyerang tengah yang ada di depan gawang Maarten Paes. Baginya yang kehilangan Kusini Yengi karena kartu merah melawan Bahrain, ini adalah pilihan. Dalam perhitungannya, Indonesia akan dipukul mundur, lalu membuang bola yang akan diambil lagi oleh Souttar dan Burgess. 

Sayangnya, taktik ini tidak bisa menggetarkan jala Indonesia. Mindset "tidak boleh kalah" benar-benar tertanam di benak punggawa Timnas Garuda. Semua pemain berlari untuk track-back mengisi pertahanan, membuat Australia tidak punya kesempatan sama sekali untuk lakukan serangan balik.

Maarten Paes di laga Indonesia vs Australia. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)
Maarten Paes di laga Indonesia vs Australia. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)

Dua Pemain "Real Madrid" Lengkapi Komandan Idzes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun