Eksentrik yang dimaksud disini bukan dalam arti melanggar kaidah kontrak, tetapi cukup "saklek" ketika membicarakan kontrak baru. Ini bisa dibuktikan dengan keluarnya Rabiot dari PSG dan Juventus, sama-sama dilakukan secara tidak berbayar alias kontrak habis.
Ini tentu sebuah kejadian unik dalam sepakbola, terlebih dengan kaliber kualitas tinggi sepertinya. Rabiot sebenarnya setia di klub yang ia bela, tetapi meminta "kenaikan gaji" yang tak mampu dipenuhi oleh dua klub lamanya tersebut. Â
Kembali ke musim dingin 2018, Adrien Rabiot melalui ibu sekaligus agennya, menolak mentah-mentah penawaran perpanjangan kontrak PSG yang diisukan adalah perkara kenaikan gaji. Hasilnya, ia ditangguhkan dari tim selama setengah musim terakhir.
"Rabiot adalah pemain yang sudah bersama kami sejak di akademi hingga tim senior. Dia selalu mendapat dukungan penuh dari PSG. Akibat keputusan ini, pemain harus menerima konsekuensinya. Dia akan terus di bangku cadangan hingga batas waktu yang belum ditentukan pada musim ini,"ujar Direktur Olahraga PSG saat itu, Antero Henrique, dikutip dari kompas.com.
Setengah tahun tidak bermain, tak membuat dirinya dijauhi klub-klub besar Eropa. Manchester United awalnya menjadi yang paling mungkin mendapatkannya. Namun pada akhir bursa transfer 2019, Juventus menjadi labuhan berikutnya.
Bersama Juventus, kisahnya di akhir masa kontrak juga tak berubah. Lewat sang agen (ibunya), Adrien Rabiot meminta kenaikan gaji dari 7.5 Juta Euro menjadi 10 Juta EURO agar mau memperpanjang masa bhakti di La Vecchia Signora.
Kondisi finansial klub dan terutama perubahan nahkoda ke Thiago Motta mengakibatkan negosiasi menjadi deadlock. Akhirnya, Rabiot harus masuk dalam gerbong bersih-bersih eks pelatih Bologna, bersama nama-nama senior seperti Wojciech Szczesny, Alex Sandro, dan Federico Chiesa.
Tentu sewajarnya klub-klub besar Eropa akan memantaunya, terutama usai tampil lumayan apik di EURO 2024 Jerman lalu. Namun, stigma dirinya adalah "pemain yang banyak mau" menjadi cap negatif bagi klub-klub tersebut.
Teranyar, tiga klub besar Liga Turki , Galatasaray, Fenerbahce, serta Besiktas, dirumorkan berniat memakai jasanya dengan gaji yang besar. Namun lagi-lagi, keputusan eksentrik dirinya dan sang ibu membuat semua tawaran ini mentah.Â
Dikabarkan oleh detiksport.com, Adrien Rabiot dan ibunya meminta gaji 40 juta Euro untuk tiga musim. Jumlah itu sudah termasuk komisi bagi sang ibu.
Bagi Real Madrid, sebenarnya angka ini masih tergolong affordable karena durasi lima tahun cukup untuk "memeras keringat" Rabiot guna membantu menguasai panggung sepakbola Spanyol dan Eropa. Ditambah lagi pada tahun 2025, mereka akan mengikuti edisi perdana kompetisi Piala Dunia Antarklub FIFA.