Laga melawan Athletic Bilbao pada Minggu (25/8/2024) lalu menjadi ajang pamernya. Dua peluang membentur tiang, serta ada tiga peluang emas mewarnai torehan sebuah gol penentu kemenangan Barcelona 2-1 atas tim tamu.
Satu gol ini menambah perbendaharaan dua golnya saat melawan Valencia, sehingga untuk sementara Lewandowski memimpin daftar topskorer La Liga dengan tiga gol.Â
Apa ini merupakan kebetulan saja? Tentu tidak. Pemacu utamanya adalah chemistry antara strategi Hansi Flick dan Lewandowski yang sudah terbukti paten. Yam dua sosok ini adalah pelaku utama treble Bayern Munchen musim 2019/2020!
Lewandowski menjalani musim terbaiknya kala itu, dengan mengemas 55 gol selama semusim, yang dirinci dari 34 gol di Bundesliga, 15 gol di Champions League, dan enam gol di DFB Pokal.Â
"Dia menekan dengan tim dari depan, jadi kami selalu menerima bola dengan sangat tinggi. Itu bagus untuk permainan kami. Lewandowski adalah pemain yang benar-benar profesional, bekerja keras untuk kebugarannya, tubuh yang dimilikinya, ini bukan usianya. Dia tahu cara mencetak gol dan juga saat ia berada di bawah tekanan," puji Hansi Flick seusai laga melawan Bilbao, dikutip dari kompas.com.
Telah terbukti, Hansi Flick telah membuat Lewandowski "lahir baru" seperti saat mereka bersama di Munchen dahulu. Posisi penyerang yang diplot kepada Lewy, berbeda total dari perlakuan Xavi Hernandez selama dua musim menangani Barcelona. Ini terlihat sedari pramusim di Amerika Utara lalu.
Di era Xavi Hernandez, Lewandowski menjadi penyerang nomor 9 murni, yang hanya bertugas menjadi goal-getter. Ia jarang terlibat pada sirkulasi build-up permaianan yang berputar dari sayap-ke-sayap. Lamine Yamal, Raphinha, maupun Joao Felix dan Ferran Torres, juga mempunyai tendensi untuk melakukan tembakan langsung.
Ini membuat Lewy terisolir di kotak penalti, dan kerap tidak mendapatkan pasokan bola matang. Catatan golnya musim 22/23 sebanyak 33 gol, sedangkan musim lalu menurun menjadi 26 gol.
Bermain dengan formasi 4-2-3-1 ala Hansi Flick, posisi Lewandowski diberikan keleluasaan untuk sedikit turun dan menjemput bola. Visa bermainnya sangat tinggi, sehingga pola kombinasi antara dirinya dengan Raphinha, Lamine Yamal, serta Ferran Torres bisa berjalan dengan baik.
Dengan ikut terlibatnya ia dalam build-up, rekannya pun menjadi semakin paham maksud yang ingin ia sampaikan dalam setiap gesturnya di lapangan. Bola-bola mudah akhirnya bisa ia dapatkan sehingga memperbesar peluangnya masuk ke dalam papan skor.