Kala itu tim asuhan Luis Enrique harus menelan pil pahit saat kalah adu penalti setelah berimbang tanpa gol di waktu normal plus extra-time. Sosok protagonis utama bagi Maroko, tentu adalah kiper Yassine Bounou yang kini memperkuat Al Hilal.
Pada laga tersebut, Eric Garcia sama sekali tidak mendapat jatah bermain dari Luis Enrique. Sementara Maroko yang dilatih Walid Regragui menurunkan Achraf Hakimi secara penuh dan memasukkan Abde Ezzalzouli sebagai pemain pengganti. Mereka akan terlibat bentrok yang saat aroma dendam di laga semifinal nanti.
Hanya berbatasan Selat Gibraltar, kiblat permainan dari dua negara ini tidak jauh berbeda. Sebagai negara Afrika, Maroko adalah tim yang paling beratribut bola pendek khas tiki-taka. Beberapa pemain juga mempunyai darah campuran kedua negara, salah satunya dalah Lamine Yamal.
Sementara itu Spanyol yang masih berkiblat ke tiki-taka, telah melakukan banyak terobosan untuk memodifikasi karyanya tersebut. Bola yang dulu disengaja berputar di sepanjang lapangan, kini lebih memiliki efisiensi dengan visi bermain ke depan atau direct. Penggunaan variasi inverted player juga bisa dilakukan dengan fasih.
Kembali membahas kedigdayaan Spanyol di sepak bola Eropa pada tahun 2024 ini, sepertinya Maroko akan kesulitan meredam niat La Roja membawa kepingan emas Olimpiade. Kali terakhir Spanyol meraih emas, adalah ketika menjadi tuan rumah di Olimpiade 1992 Barcelona.Â
Waspada Singa Atlas, Matador kini sedang ga ada obatnya!
Salam olahraga