Saya adalah orang yang awalnya cukup hype kala Real Madrid sukses mendatangkan Endrick Felipe dari Palmeiras seharga 72 juta Euro. Diikat kontrak enam tahun, penyerang 18 tahun ini akhirnya merasakan momen perkenalan di Santiago Bernabeu, Sabtu (27/7/2024) lalu.Â
Selain momen tangisan harunya, ada satu pernyataan Endrick yang menggelitik dan banyak mengundang tanya. Apa bisa ia selamanya di Real Madrid?
"Aku selalu mencintai Real Madrid. Aku berharap aku bisa bertahan di sini di selamanya. Aku senang bisa meneken kontrak dengan presiden klub, dan merasakan kebahagian menjadi seorang pemain Real Madrid. Inilah yang kuinginkan di dalam karierku,"Â sahut Endrick di laman resmi klub dikutip dari detiksport.
Pernyataan di atas disampaikan Endrick kala diperkenalkan di hadapan 30 ribuan Madridista yang memenuhi Santiago Bernabeu. Tentu ada rasa optimis yang harus disematkan pada penyerang yang saya labeli sebagai titisan Romario ini. Tapi data dan fakta di Copa America 2024, berkata sebaliknya.
Endrick tampil di empat laga Copa America 2024 dengan total 124' menit berada di lapangan. Berarti rata-rata ia mendapatkan jatah setengah jam per laga. Hasilnya? Tidak ada satu gol maupun assist! Brasil pun disingkirkan oleh Uruguay di babak 16 besar.
Tentu hasil ini tidak bisa serta-merta diasosiasikan dengan kegagalan Endrick seorang. Faktor tiadanya Vinicius Jr di 16 besar adalah penyebab utama kegagalan Tim Samba. Namun bukankah ketiadaan rekan yang akan jadi bromance-nya di Los Blancos itu menjadi satu kesempatan besar unjuk gigi?
Nyatanya, tidak ada momen of magic apapun di laga yang dimainkannya full selama 90' menit tersebut. Setelah skor hanya imbang tanpa gol hingga dua babak, akhirnya Brasil kalah dari Uruguay dalam momen adu penalti. Satu respon saya usai laga, "Endrick over-value".
Disclaimer dulu ya, pandangan saya tersebut juga dilandaskan harga 72 juta Euro itu dikeluarkan Real Madrid hampir tanpa perang harga dengan klub manapun. Harga tersebut juga hampir empat kali lipat biaya Los Blancos untuk mendapatkan Arda Guler (20 juta Euro) di usia yang relatif sama tahun lalu.
Jadi jelas, tuntutan Endrick Felipe untuk segera tune-in di Real Madrid akan semakin besar. Dengan penampilan medioker di Copa America 2024, kemudian adanya persaingan "super" dengan Kylian Mbappe, apa bisa ia bertahan selamanya di Real Madrid? Mari kita bahas.
Carlo Ancelotti Cukup Sabar dengan Bintang Muda
Transfer Endrick ke Real Madrid tentu telah melalui pertimbangan matang seorang Carlo Ancelotti. Don Carlo kerap bisa mengembangkan bakat-bakat muda, terutama dari Brasil.
Ricardo Kaka di AC Milan, Ramires di Chelsea, Lucas Moura di PSG, Richarlison di Everton, serta Vinicius Jr dan Rodrygo di Real Madrid. Semua itu adalah buah kesabaran sang pelatih yang sudah mengoleksi lima gelar Champions League sebagai pelatih.
Musim lalu, ada nama Arda Guler yang merasakan mutual benefit kala diparkir Don Carlo cukup sering di setengah musim pertama. Alasannya, Ancelotti meyakini fisik Arda Guler belum berada di level permainan Real Madrid.
Usai menambah masa ototnya, Arda Guler tampil cukup apik di paruh kedua musim lewat lesakkan 6 gol dari 10 penampilan di La Liga. Melanjutkan aksi apiknya, bersama Timnas Turki, Arda Guler juga sukses mencetak 1 gol dan 2 assist di EURO 2024 Jerman.
Menjadi pertanyaan bagi Endrick, apa ia mampu sesabar Arda Guler jika ternyata diparkir oleh Ancelotti pada awal musim?
Bakat kedua pemain ini memang tak perlu ditanyakan lagi. Tapi sifat dan kerendahan hati bisa menjadi pembeda. Pada momen tersebut, Ancelotti yang punya kontrak menukangi Los Blancos hingga dua musim ke depan bisa menjadi penentu kelanggengan karier Endrick di Madrid.
Faktor Non-Teknis Bisa Jadi Kendala
Kembali ke pribadi Endrick, kemampuannya sudah teruji di level sepakbola domestik Brasil. Dua gelar liga dan satu gelar Supercopa bersama Palmeiras menjadi bukti sahih mengapa ia layak dijuluki wonderkid.
Namun ada faktor yang bisa menjadi kendala, terutama dari sisi non teknis. Pesepakbola asal Amerika Selatan, dikenal kerap alami starstruck jika terlalu cepat menjadi sorotan media.
Adriano, Anderson, Robinho dan Gabriel Barbosa adalah beberapa contoh yang bermasalah dengan faktor non teknis ini. Mereka silap karena perubahan mendadak dari sisi finansial dan popularitas. Tanpa diimbangi lingkungan yang baik, akhirnya karier mereka terjun bebas ditelan arus.
Endrick dalam pidato perkenalannya memang sudah menceritakan betapa perjuangan sang ayah sebagai tukang bersih-bersih di Palmeriras menjadi inspirasi kesuksesan kariernya.Â
Tetapi publik juga tak lupa dengan "kontrak-pacaran" aneh yang disepakatinya dengan sang pacar, Gabriely Miranda, model dan influencer asal Brasil
Melansir AS Diario, Endrick memiliki 'kontrak' dengan Miranda, yakni dilarang mengubah kepribadian secara drastis dalam waktu cepat selama mereka berpacaran. Miranda juga melarang Endrick untuk menggunakan kata-kata tertentu, serta haram baginya menjadi pecandu. Endrick juga wajib mengucapkan 'i love you' ke Miranda dalam segala situasi.
Memang sih, hal-hal di atas bagus buat Endrick. Tapi status Miranda lebih cocok menjadi agen sang pacar deh, daripada disebut pasangan.
Tidak Jadi Pemain Inti, Jangan Harap Dipanggil Timnas Brasil
Akhirnya, musim depan akan menjadi tolok ukur bagaimana Endrick menapak batu pijakan di level Eropa. Persaingan dengan Kylian Mbappe, Vinicius Jr, Rodrygo, Brahim Diaz serta Arda Guler akan menjadi tantangan berat baginya.
Menjadi pemain intu tentu masih jauh dari angan. Namun jika tidak bisa juga menjadi pilihan kedua atau super-sub, karier Endrick di Timnas Brasil bisa terancam.
Di Copa America 2024 lalu, Endrick juga dipenuhi keberuntungan kala Richarlison dan Gabriel Jesus tidak bisa fit menjelang turnamen digelar. Jadilah ia menjadi pilihan kedua penyerang tengah setelah Rodrygo.
Pada akhirnya, pelatih Dorival Junior tentu akan membangun ulang skuadnya untuk menatap persiapan Piala Dunia 2026. Endrick tetap dalam pantauan, begitu pula dengan Richarlison, Gabriel Jesus serta penyerang Tim Samba lainnya.
Kelanjutan caps nya bersama Brasil, akan sangat ditentukan menit mainnya di Real Madrid. Berkaca dari Arda Guler, sepertinya Endrick juga akan diperlakukan sama oleh Don Carlo.
Raul Gonzalez, Sergio Ramos, Cristiano Ronaldo hingga Nacho saja tidak bisa mengakhiri kariernya di Real Madrid. Jadi sepertinya sangat sulit membayangkan Endrick Felipe selamanya berada di Los Blancos. Kecuali, ia pensiun dini seperti Toni Kroos.Â
Selamat berjuang dan Good luck, Endrick Felipe!
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H