Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Copa America 2024 Argentina vs Kolombia, Messi Melawan Rekor Los Cafeteros

14 Juli 2024   15:13 Diperbarui: 14 Juli 2024   15:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
James Rodriguez, merayakan keberhasilan timnya menang atas Uruguay, pada 10 Juli 2024. (TIMOTHY A. CLARY/AFP via kompas.com)

Tidak ada final idaman di Copa America 2024. Argentina memang sudah diprediksikan lolos, tetapi Kolombia menjadi perusak semua skenario. Mereka tidurkan Brasil di fase grup, lalu Uruguay pun mereka taklukkan di semifinal.

Jadilah rentetan 28 partai tak terkalahkan Los Cafeteros akan menjadi momok Lionel Messi dkk di partai puncak.

Di Sun Life Stadium, Miami, Senin (15/7/2024) pagi WIB, akan banyak sekali fans Inter Miami yang datang mendukung pemain pujaannya Lionel Messi. 

Betapa tidak, memang tujuan Messi ke Amerika Serikat, selain untuk berkarier di usia senja, adalah menjadi ambassador Copa America 2024 dan Piala Dunia 2026. 

Kini sang megabintang bersama negaranya Argentina, bersiap melakoni laga final Copa America secara back to back.

Tiga tahun lalu, gol Angel Di Maria, menjadi pembeda kala Argentina kalahkan tuan rumah Brasil di partai Final. Setahun berselang, Albiceleste menyempurnakannya dengan gelar Piala Dunia 2022 Qatar.

Di lain pihak, Kolombia terakhir kalah justru ketika melawan Argentina di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Skor 0-1 kala itu tersaji pada 2 Februari 2022, saat pasukan Reinaldo Rueda bobol oleh gol Lautaro Martinez.

Hasil yang turut membawa Kolombia tidak lolos ke Piala Dunia 2022 Qatar usai hanya menutup kualifikasi di peringkat keenam. 

Reinaldo Rueda akhirnya diganti Nestor Lorenzo pada Juli 2022. Total 25 partai telah dilalui Lorenzo bersama Kolombia hingga saat ini, dan semuanya berujung tanpa kalah! 

Catatan apik James Rodriguez dkk inilah yang akan menjadi momok bagi sang petahana sekaligus Juara Dunia. Los Cafeteros seperti lahir baru bersama Nestor Lorenzo yang berasal dari Argentina.

Mampukah Argentina raih gelar back-to-back Copa America, seperti Spanyol saat periode 2008-2012? Atau justru Kolombia yang lanjutkan rekor tak terkalahkan dan angkat trofi sejak 23 tahun silam? Mari kita bahas.

Perjalanan Kedua Tim Menuju Final

Sebagai juara bertahan, Argentina mendapat grup mudah yang berisikan Kanada, Chile dan Peru. Tanpa kesulitan skuad asuhan Lionel Scaloni menang di setiap partainya dan menjadi juara Grup A.

Di perempatfinal, keberuntungan masih berpihak di kubu Albiceleste. Bertanding melawan Ekuador dengan duo Chelsea Kendry Paez-Moises Caicedo, Messi dkk menang via adu penalti. Momen kegagalan panenka Messi pada adu penalti menjadi sorotan.

Lalu jadwal "enak" mempertemukan lagi mereka dengan Kanada yang diluar dugaan singkirkan Venezuela. Sama persis seperti di fase grup, Argentina mampu menang mudah 2-0 dan melenggang hingga babak final.

Sebenarnya terjadi penurunan performa dari Albiceleste sejak fase knockout bergulir. Mereka memang selalu unggul duluan di babak pertama, tetapi Ekuador dan Kanada berhasil mengurung mereka di 45' menit terakhir. Sayang, kualitas individu jadi pembeda.

Sementara itu Kolombia berada di grup sulit bersama Brasil, Kosta Rika dan Paraguay. Dua kemenangan beruntun atas Paraguay dan Kosta Rika, memudahkan mereka untuk lolos hingga akhirnya menahan imbang Brasil di matchday ke-3.

Jadilah mereka menjadi juara Grup D dan "hanya" melawan Panama di babak perempatfinal. Hasilnya tentu mudah ditebak, Luis Diaz dkk berpesta lima gol tanpa balas!

Kemudian laga berat menanti di semifinal, melawan Uruguay yang singkirkan Brasil. Unggul lebih dahulu melalui Jefferson Lerma, kartu merah Daniel Munoz hampir menjadi bumerang. Hebatnya, mereka mampu bertahan hingga akhir dan menang 1-0. 

Kemenangan sulit tersebut membuka jalan ke final, melawan juara bertahan Argentina. Kapten James Rodriguez tak bisa menyembunyikan perasaan harunya selepas laga melawan Uruguay.

"Kami bermain dengan hebat. Rekan-rekan di lini belakang tampil perkasa. Pertandingan ini sangat rumit, menghadapi lawan yang sangat sulit, tetapi kami memenangkan tempat di final dengan sangat layak. Saya sudah di sini selama 13 tahun, memimpikan ini. Kami bahagia." ucapnya dikutip dari goal.com.

James Rodriguez, merayakan keberhasilan timnya menang atas Uruguay, pada 10 Juli 2024. (TIMOTHY A. CLARY/AFP via kompas.com)
James Rodriguez, merayakan keberhasilan timnya menang atas Uruguay, pada 10 Juli 2024. (TIMOTHY A. CLARY/AFP via kompas.com)

Duel Epik Fantasista, Messi vs James Rodriguez

Selain menjadi adu taktik antara Lionel Scaloni dan Nestor Lorenzo, laga ini akan menjadi duel akbar "fantasista terakhir" Amerika Selatan. Sama-sama bernomor punggung 10, sama-sama sebagai kapten, Leo Messi dan James akan saling unjuk kebolehan.

Fantasista adalah sebuah peran dalam sepakbola yang ngetren di era 1980 hingga 2000-an. Mereka adalah pemain dengan role-playmaker, biasanya bernomor punggung 10. Berdiri di belakang penyerang, mereka mengatur benar alur serangan timnya.

Di Eropa terdapat fantasista yang terkenal seperti Michel Plattini, Roberto Baggio, Francesco Totti, Manuel Rui Costa, Zinedine Zidane dan Guti Hernandez. 

Sedangkan di Amerika Selatan adalah gudangnya pemain visioner ini. Argentina mempunyai Maradona, Pablo Aimar, Juan Riquelme, hingga Lionel Messi. Sedangkan Kolombia pernah mempunyai Carlos Valderamma hingga dilanjutkan James Rodriguez.

Di era sepakbola yang semakin rigid seperti robot, di mana Marcelo Bielsa secara terang-terangan menyebut "sudah tidak menarik lagi", harapan sebuah partai seru akan tersaji di pundak Messi dan James.

Dari kaki kiri mereka berdualah keindahan di laga ini akan bermuara. Kita akan menyaksikan skill individu berpadu kerjasama cepat antara Messi-De Paul-Julian Alvarez melawan James-Luis Diaz-Jhon Cordoba.

Satu kedipan mata, bola bisa tiba-tiba di pertahanan lawan. Satu pelanggaran, bola bisa bersarang ke gawang karena tendangan bebas mereka berdua. Inilah yang saya rindukan dari sepakbola era 90' an itu.

James Rodriguez juga baru saja memecahkan rekor Copa America, dengan mencetak total 6 assist kala melawan Uruguay di semifinal. Angka ini melewati rekor sebelumnya yang dicatat Leo Messi pada Copa America 2021 (5 assist). 

Siapapun yang menang, besar kemungkinan satu diantara mereka yang jadi pemain terbaik sepanjang turnamen.

Prediksi Jalannya Laga

Namun apakah harapan saya akan tersajinya laga indah bisa terwujud dengan nyata? Bisa iya dan bisa tidak. Pasalnya, karena ini final, target hanya ada satu, menang!

Apapun akan ditempuh oleh kedua pelatih untuk membawa pulang Copa America ke negaranya masing-masing. Lionel Scaloni tentu paham jika permainan Argentina yang mulai Messi-dependencia sudah terbaca banyak lawan.

Maka Argentina bisa saja bermain seperti seperti melawan Ekuador dan Kanada, menghentak di babak pertama untuk raih gol awal. Namun Kolombia dengan permainan keras, bisa saja meladeni dengan pelanggaran-pelanggaran taktikal.

Hal inilah yang harus diwaspadai oleh Nestor Lorenzo, karena dengan permainan keras justru timnya sendiri yang kerap cepat naik darah. Seperti saat Daniel Munoz dikartu merah melawan Uruguay di semifinal lalu.

Ketiadaan Daniel Munoz di Final ini sungguh disesalkan. Karena Munoz adalah salah satu topskorer tim dengan dua gol, bersama Jefferson Lerma, Luis Diaz dan Jhon Cordoba.

Argentina mungkin akan mencecar sisi tersebut dengan Angel Di Maria pada babak pertama, dan bergantian dengan Nico Gonzalez di babak kedua. 

Pergantian pemain secara maksimal inilah salah satu senjata Lionel Scaloni di setiap laga. Lima pemain yang masuk, dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan pemain yang diganti, akan memberikan kesegaran kepada timnya hingga akhir laga.

Ini cukup berbeda dengan Kolombia, karena pemain cadangan mereka kualitasnya cukup timpang dengan pemain inti. Los Cafeteros tentu berharap Davinson Sanchez, Richard Rios, Lerma, Luis Diaz, James dan Jhon Cordoba punya ketahanan fisik yang prima. 

Pada laga final ini juga, mulai berlaku babak extra-time, berbeda dengan fase sebelumnya. Ini yang bisa menjadi faktor krusial bagi Albiceleste untuk mempertahankan gelar. Kedalaman skuad mereka sungguh luar biasa!

Jika ingin juara, Kolombia sebaiknya segera selesaikan di waktu normal. 

Jadi untuk laga ini, saya mendukung "King" James Rodriguez dkk, lebih karena faktor non-teknis, yakni memori juara mereka 23 tahun silam.

Di Copa America 2001, Bogota, tuan rumah Kolombia mampu taklukkan Mexico di partai Final. Menjadi ejekan bagi mereka, adalah karena Argentina tidak berpartisipasi di turnamen tersebut sebab alasan keamanan.

Sekaranglah waktu pembuktiannya, Los Cafeteros!

Salam olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun