Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jelang Inggris vs Swiss dan Belanda vs Turki, Menanti Efek Keputusan "Tak Adil" UEFA

6 Juli 2024   10:43 Diperbarui: 6 Juli 2024   10:46 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelandang Swiss Ruben Vargas (kanan) merayakan gol ke gawang Italia di babak 16 besar, 29/6/24. AFP/RONNY HARTMANN via kompas.id

Usai Spanyol dan Prancis menyegel tempat untuk saling "bunuh" di semifinal, dua slot lagi akan ditentukan malam ini. Inggris akan menghadapi "Tim Cinderella" Swiss, kemudian tiga jam berselang Belanda akan bersua Turki. Dua laga yang sangat dipengaruhi oleh keputusan "tak adil" UEFA terhadap Jude Bellingham serta Merih Demiral.

Jude Bellingham didakwa melakukan tindakan tidak senonoh dengan menunjukkan gestur "alat kelamin" usai ia cetak gol salto ke gawang Slovakia (30/6/24). UEFA memberikan hukuman berupa suspensi satu laga, jika Bellingham mengulangi tindakan ofensifnya lagi. Plus denda uang sebesar 30.000 Euro.

Sementara Merih Demiral yang menjadi pahlawan kemenangan Turki atas Austria dengan dua golnya, secara mengejutkan dihukum suspensi dua laga oleh UEFA. Ini berlaku untuk laga melawan Belanda malam nanti, plus jika Turki lolos semifinal, mantan bek Atalanta ini juga akan menepi.

Apa sebabnya? Nuansa politis dalam seleberasinya. Merih Demiral mengacungkan lambang kepala serigala dengan dua tangannya, di mana ini merujuk pada kelompok oposisi sayap kanan MHP (Milkiyetci Harekat Partisi), yang menjadi grup oposisi kedua terbesar di Jerman. 

Gestur ini sebenarnya belum resmi dilarang di Jerman, berbeda dengan di Prancis yang sudah meresmikan larangannya. Jadi, laporan dari publik tuan rumah kepada UEFA (yang notabene tidak berhadapan langsung dengan Turki), cukup membuat fans normal mengernyitkan dahi ketika UEFA mendakwa Demiral dengan dua laga.

Bukankah Timnas Jerman juga tidak menghargai paham non-LGBTQ di Qatar pada Piala Dunia 2022 lalu? Tapi biarlah, mungkin ini jadi tuah yang harus dihadapi Die Mannschaft karena disingkirkan Spanyol semalam.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang diwacanakan lewat partainya AK, dekat dengan MHP, langsung terbang ke Jerman untuk memberi dukungan langsung kepada Arda Guler dkk nanti malam. Meskipun tak bisa merubah putusan UEFA, kehadirannya bisa membakar semangat tanding Timnas Turki.

Pada akhirnya, penonton netral hanya bisa menerka-nerka apa yang diharapkan UEFA pada pot semifinal yang sebenarnya tidak se"seru" sisi Spanyol dan Prancis ini. Dengan adanya Demiral-pun, skuad Turki kualitasnya masih di bawah Belanda. Tapi dengan adanya putusan ini, bisa jadi mereka akan "marah"!

Gestur Jude Bellingham yang didakwa
Gestur Jude Bellingham yang didakwa "ringan" oleh UEFA. AP/THANASSIS STAVRAKIS  via kompas.id

Inggris vs Swiss, Laga Pembuktian "Si Miskin Taktik" Southgate

Di Inggris, ada sebuah ankedot lucu bahwa banyak fans berharap Jude Bellingham diskorsing UEFA untuk laga melawan Swiss. Pasalnya, mereka ingin tahu seberapa bisa Gareth Southgate mengalahkan Swiss tanpa adanya seorang bintang tim.

Persis seperti pandangan fans tersebut, kelolosan Inggris ke perempatfinal ditentukan oleh momen individual Jude Bellingham dan Harry Kane yang masing-masing bisa bobol Martin Dubravka (Slovakia) di akhir laga dan extra time.

Kegerahan dari pendukung The Three Lions, ditujukan kepada Southgate yang ditudung miskin taktik dalam mengolah pemain-pemain bintang Inggris. Harry Kane, Jude Bellingham dan Phil Foden adalah pemain terbaik untuk masing-masing liga yang mereka ikuti dengan kapasitas menyerangnya.

Belum lagi ada Bukayo Saka, Declan Rice, Kyle Walker, Trent Alexander-Arnold, Cole Palmer, John Stones dan Anthony Gordon yang begitu superior di English Premier League. 

Punya banyak pemain bintang, Southgate masih bingung dengan dua posisi, yakni bek kiri dan gelandang tengah. Kierran Trippier masih setia dipasang di bek kiri hingga 16 besar, mungkin akan menemukan persaingan dengan Luke Shaw yang berangsur pulih.

Sementara di posisi "Kalvin Philips" yang dicari-cari oleh Southgate, Trent dinilai gagal di fase grup dan beruntung Kobbie Mainoo berhasil menggantikan anak kesayangan sang pelatih di pos nomor 8.

Namun lawan yang dihadapi kali ini bukanlah kaleng-kaleng. Swiss asuhan Murat Yakin, adalah tim dengan koordinasi permainan terbaik sejauh ini di EURO 2024.

Sekalipun hanya memiliki beberapa bintang di lini belakang, Murat Yakin bisa mengorganisasikan formasi 3-4-2-1 dengan sangat compact dan solid.

Yann Sommer bagai batu karang di bawah mistar, sementara trio Fabian Schar, Manuel Akanji dan Riccardo Rodriguez memberi ketenangan dalam bertahan. Kapten Granit Xhaka mengatur irama permainan, sementara di lini depan ada enam pemain yang siap digilir untuk memberikan serangan konstan.

Mereka adalah Noah Okafor, Fabian Rieder, Ruben Vargas, Zeki Amdouni, Kwadwo Duah dan Breel Embolo. Murat Yakin tinggal memilih siapa yang menjadi starter, karena semuanya mempunyai kualitas setara dan selalu fit-in di dalam skuad.

Laga di Esprit Arena, Sabtu (6/7/2024) malam WIB, adalah etalase besar untuk pertunjukan kerjasama tim versus kemampuan individual. Jika Swiss mampu berikan penampilan persis saat menggilas Italia 2-0 di 16 besar, maka siap-siap saja Inggris gagal kembali membawa pulang Piala.

Tapi jika momen-momen individual, seperti aksi Phil Foden, Jede Bellingham dan Harry Kane, serta freekick Trent maupun Trippier bisa efektif membuahkan hasil, fans The Three Lions bisa tutup mata siapa pelatih mereka setidaknya hingga Inggris resmi juara.

Bisakah buktikan bahwa pandangan ini salah, Gareth Southgate?

Merih Demiral, membuat selebrasi kontroversial saat mengemas gol dalam babak 16 besar, 2 Juli 2024.(RONNY HARTMANN/AFP) via kompas.com
Merih Demiral, membuat selebrasi kontroversial saat mengemas gol dalam babak 16 besar, 2 Juli 2024.(RONNY HARTMANN/AFP) via kompas.com

Belanda Harus Siap Hadapi Turki yang "Panas"

Merih Demiral's effect menjadi pisau bermata dua bagi De Oranje, Belanda. Mereka sebenarnya tidak ikut-ikut terhadap protes gestur yang dianggap rasisme oleh publik Jerman, tapi bisa saja dapat getahnya.

Presiden Erdogan dipastikan hadir di lapangan, yang berarti akan memompa semangat Timnas Turki asuhan Vincenzo Montella, plus mendatangkan ribuah warga Turki yang berada di dekat Stadion Olimpiade Berlin, venue laga ini. Kita tahu bersama, banyak sekali warga Jerman yang berdarah Turki seperti para pemain Timnas-nya Mesut Ozil serta Ilkay Gundogan.

Menghadapi lawan yang siap bermain "kesetanan", tugas Ronald Koeman adalah meredam emosi para pemainnya, dan membalik menjadi sebuah momentum menguntungkan. Jangan ikutan panas!

Disinilah peran Virgil van Dijk, Nathan Ake, Cody Gakpo serta Memphis Depay harus lebih tenang dan tajam dalam bermain. 

Tanpa adanya Demiral, Turki kemungkinan akan memainkan bek Galatasaray Kaan Ayhan yang jarang dipasang dengan Samet Akaydin.

Dua pemain asal Milan yang berbeda klub, Tijjani Rijnders dan Hakan Calhanoglu, akan memainkan orkestra permainan di lini tengah. Dukungan dari Jerdy Schouten dan Xavi Simons kepada Rijnders di atas kertas lebih solid dibandingkan Turki yang sering merombak lini tengah mereka.

Arda Guler, sang wonderkid, bisa mendapatkan starter-nya lagi di laga ini sebagai fantasista di belakang Baris Yilmaz dan Kenan Yildiz. Arahan untuk fight dan nothin to lose dari Vincenzo Montella, sangat memungkinkan Turki lebih menguasai babak pertama.

Nah, di babak kedualah momen Belanda yang lebih berpengalaman harus mengambil alih permainan. Donyell Malen dan Steven Bergwijn adalah elemen utama kejutan sisi sayap, melengkapi dominasi Denzel Dumfries di sisi kanan.

Jika bisa meredam "panas"nya skuad Turki, tidak ada alasan Belanda gagal di laga ini.

Salam olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun