Bisakah buktikan bahwa pandangan ini salah, Gareth Southgate?
Belanda Harus Siap Hadapi Turki yang "Panas"
Merih Demiral's effect menjadi pisau bermata dua bagi De Oranje, Belanda. Mereka sebenarnya tidak ikut-ikut terhadap protes gestur yang dianggap rasisme oleh publik Jerman, tapi bisa saja dapat getahnya.
Presiden Erdogan dipastikan hadir di lapangan, yang berarti akan memompa semangat Timnas Turki asuhan Vincenzo Montella, plus mendatangkan ribuah warga Turki yang berada di dekat Stadion Olimpiade Berlin, venue laga ini. Kita tahu bersama, banyak sekali warga Jerman yang berdarah Turki seperti para pemain Timnas-nya Mesut Ozil serta Ilkay Gundogan.
Menghadapi lawan yang siap bermain "kesetanan", tugas Ronald Koeman adalah meredam emosi para pemainnya, dan membalik menjadi sebuah momentum menguntungkan. Jangan ikutan panas!
Disinilah peran Virgil van Dijk, Nathan Ake, Cody Gakpo serta Memphis Depay harus lebih tenang dan tajam dalam bermain.Â
Tanpa adanya Demiral, Turki kemungkinan akan memainkan bek Galatasaray Kaan Ayhan yang jarang dipasang dengan Samet Akaydin.
Dua pemain asal Milan yang berbeda klub, Tijjani Rijnders dan Hakan Calhanoglu, akan memainkan orkestra permainan di lini tengah. Dukungan dari Jerdy Schouten dan Xavi Simons kepada Rijnders di atas kertas lebih solid dibandingkan Turki yang sering merombak lini tengah mereka.
Arda Guler, sang wonderkid, bisa mendapatkan starter-nya lagi di laga ini sebagai fantasista di belakang Baris Yilmaz dan Kenan Yildiz. Arahan untuk fight dan nothin to lose dari Vincenzo Montella, sangat memungkinkan Turki lebih menguasai babak pertama.
Nah, di babak kedualah momen Belanda yang lebih berpengalaman harus mengambil alih permainan. Donyell Malen dan Steven Bergwijn adalah elemen utama kejutan sisi sayap, melengkapi dominasi Denzel Dumfries di sisi kanan.
Jika bisa meredam "panas"nya skuad Turki, tidak ada alasan Belanda gagal di laga ini.