Bagaimana jika peluang Benjamin Sesko menit 114' itu menjadi gol? Tentu Pepe dan Cristiano Ronaldo akan menjadi veteran pesakitan di sisa hidupnya. Tetapi dewa sepakbola tidak menuliskan hal tersebut!
Inilah indahnya sepakbola. Sama persis jika di Final Piala Dunia 2022 Qatar, Randal Kolo Muani sukses selesaikan peluang terakhir Prancis, maka Lionel Messi tidak akan pernah mengangkat Piala Dunia.
Memang ada unsur dramatisasi, tetapi momen-momen kunci di sepakbola nyatanya bisa menjadi pelajaran dalam kehidupan. Pada laga semalam, Cristiano Ronaldo adalah contoh terbaiknya.
Selalu gagal mencetak gol di fase grup, CR7 masih tetap dipercaya Roberto Martinez memimpin serangan Seleccao. Berbeda dengan Fernando Santos yang memarkirnya di perempatfinal Piala Dunia 2022 melawan Maroko.
CR7 juga tidak berhasil eksekusi penalti di extra-time, hingga ia sangat kecewa pada dirinya dan menangis. Namun ia tetaplah kapten tim yang menjadi panutan. Sebagai eksekutor pertama adu penalti, Dewa Sepakbola kembali memilihnya untuk melanjutkan jalan ke perempatfinal alih-alih memberi Jan Oblak kesempatan kedua lakukan penyelamatan
Cristiano Ronaldo memang termahsyur, tetapi tim Portugal lebih besar daripadanya. Diogo Costa kali ini ambil panggung untuk menyelamatkan "dosa" Ronaldo dan Pepe. Itulah pula yang terjadi di Final EURO 2016 saat Eder cetak gol semata wayang di laga Final.
Pelajaran yang sangat berharga ini, harus benar-benar menjadi hikmah bagi CR7 dan Portugal di laga perempatfinal melawan Prancis nantinya. Menjadi pucuk atensi memang sebuah resiko CR7 sebagai salah satu Greatest of all Time, tetapi ia harus ingat ada rekan di belakangnya yang bisa membantu!
Salam olahragaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H