Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Grassroot Sepakbola Indonesia, Harus Digarap Secara Keroyokan dan Kreatif

17 Juni 2024   10:37 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:41 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan realitas yang sudah saya sebutkan di atas, pihak-pihak yang bisa mengurai masalah ini dan menjemput bakat-bakat sepakbola terbaik di Indonesia haruslah secara kolektif atau keroyokan. Tetapi, harus dalam satu payung aministrasi yang mencatat dan menilai perkembangan setiap pemainnya.

Bagaimana maksudnya? Apakah itu berarti asprov (Asosiasi Provinsi) PSSI? Bisa iya dan bisa juga pihak swasta dalam wujud akademi.

Ide pertama adalah bagaimana mengelola sebuah akademi yang berbiaya murah, dengan standar sarana dan prasarana yang ideal. Lapangan rumput ataupun lapangan futsal yang baik, dipadukan dengan bola terstandardisasi serta didampingi minimal satu praktisi atau pelatih di setiap kelompok. 

Untuk sisi finansial, bisa berkolaborasi dengan pihak swasta dalam wujud CSR (Corporate Social Responsibility) ataupun kerjasama terbuka melalui proposal sponsorship. 

Contoh termudah adalah pembentukan akademi Futsal. Dengan menjaring anak di kisaran usia 5 hingga 18 tahun, mereka bisa dipisah sesuai tiga kategori umur, SD, SMP dan SMA. Pengelola mempersiapkan satu praktisi di setiap kategori umur, untuk memberi penilaian awal kualitas pemain dan mengembangkannya.

Biaya yang dibebankan kepada peserta, bisa ditekan serendah mungkin sesuai pagu dari proposal sponsorship. Dengan keterbatasan ekonomi yang saya sampaikan sebelumnya, dalam memulai usaha ini tidak bisa berbicara keuntungan finansial terlebih dahulu.

Perkembangan para pemain ini harus dimonitor dengan adanya asesmen dalam kurun waktu tertentu, misalnya per satu bulan. Elemen yang dinilai bisa dimulai dari yang paling mudah, mengikuti permainan atau game FIFA. Kecepatan lari, akurasi umpan, akurasi tembakan, kemampuan dribling, kemampuan bertahan dan ketahanan fisik bisa menjadi atributnya.

Dengan memiliki proyeksi rapor ini, maka akademi dapat mengajukan diri ke setiap sekolah sebagai pelaksana ekstra-kurikuler sepakbola atau futsal. Laporan pertanggungjawaban periodik kepada sekolah, tinggal melampirkan data perkembangan atribut tadi. Kondisi yang bisa tercipta, adalah percampuran banyak anggota beragam latar belakang di sebuah lapangan.

Itu adalah kondisi yang bagus! Karena kembali kesub-bab awal, pemantauan bakat sepakbola baru bisa dilakukan jika pemain memiliki sebuah klub atau tim. Banyak bakat-bakat sepakbola di usia muda, harus mandek dalam bermain karena sekolah mereka tidak menyediakan fasilitas ekstra-kurikuler ini. Modus alasannya, peminat kurang banyak.

Tolok ukur keberhasilan dari akademi ini, bukanlah membentuk sebuah tim yang siap untuk dipertandingkan. Berfokus pada perkembangan atribut sepakbola setiap anggota, lawan utama mereka adalah diri mereka sendiri. Dengan kata lain, progress adalah penilaian apakah anggota tersebut memang tertarik melanjutkan pengembangan kemampuan sepakbola, atau tidak.

Seluruh laporan ini akan bemuara pada sebuah data holistik, apabila akademi tersebut tersebar di seluruh kotamadya ataupun kabupaten. Anggota dengan nilai terbaik, bisa selanjutnya diproses ke arah profesional dengan menawarkan kepada klub sepakbola atau klub futsal profesional sebagai anggota tim utama ataupun tim kategori umur mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun