Status Pavlovic di dalam skuad sendiri bukanlah pemain inti, jadi tidak akan terlalu berpengaruh terhadap performa tim secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi Die Mannschaft dalam seminggu terakhir justru dari sisi non teknis.
Pertama adalah polling atau jajak pendapat yang dikeluarkan broadcaster asal Jerman, ARD. Polling tersebut ingin mengetahui apakah masyarakat Jerman ingin melihat Timnas mereka memiliki lebih banyak pemain berkulit putih. Julian Nagelsmann tidak tinggal diam, iapun mengecam tindakan rasis tersebut.
"Itu (polling) rasis. Saya merasa kita harus bangun, ada beberapa orang di Eropa terpaksa harus mengungsi karena perang, karena faktor ekonomi, orang-orang yang ingin ditampung," tegasnya dikutip dari skor.id.
Kedua, adalah guyonan kebablasan Antonio Rudiger terhadap Niklas Fullkrug saat sesi latihan. Publik tentu mahfum bila mereka bersahabat sedari kecil, namun kemarahan Fullkrug kepada Rudiger yang tertangkap kamera menunjukkan momen yang kurang tepat bagi "becandaan" Rudiger.
Pasalnya, Fullrug baru saja menelan kekalahan 0-2 dari tim Rudiger (Real Madrid) di Final Champions League 2024 lalu.Â
Tetapi usai sesi latihan hari itu, Rudiger dan Fullkrug tampak bercanda kembali. Bisa jadi, over-expose dari media setempat tentang persiapan tuan rumah, menjadi salah satu tantangan terbesar Jerman. Tentu kita tidak lupa momen anti-nonLGBTQ yang mereka pamerkan saat Piala Dunia 2022 Qatar lalu, berbanding terbalik dengan performa di lapangan. Miris!
Toni Kroos, pemain yang memutuskan comeback ke Timnas Jerman jelang EURO, sekaligus menjadi turnamen perpisahannya dengan dunia sepakbola pun turut mengomentari. Pemain yang baru pensiun dari Real Madrid dengan 6 trofi UCL di tangan, mengatakan timnya akan memaknai setiap tekanan secara positif.
"Pada dasarnya, dalam setiap turnamen yang digelar kandang sendiri pasti ada tekanan. Itu bahkan lebih spesial. Anda mendapatkan umpan balik secara instan, yang positif dan negatif. Kami memiliki tanggung jawab besar atas atmosfer di negara ini selama beberapa pekan ke depan. Kami tahu tentang apa ini, tetapi ini juga merupakan sebuah kehormatan dan kegembiraan untuk memainkan turnamen ini," pungkas Kroos dikutip dari jawapos.com.
Di sisi Skotlandia, persiapan tim cenderung lebih adem ayem. Mereka punya satu keuntungan yang disebabkan pemain sudah lengkap berkumpul jauh-jauh hari sebelum kick-off turnamen. Ini berbalik dengan Jerman dimana beberapa nama top masih harus menyisakan partai Final UCL dan Europa League.
Dengan memiliki rekor buruk tidak pernah lolos fase knockout di sepanjang 12 kali kepesertaan hajatan sepakbola dunia, Tartan Army diyakini oleh Steve Clarke akan berbicara banyak di turnamen ini. Seperti itulah yang dikatakan sang pelatih pada konferensi pers jelang melawan Jerman, dikutip dari kompas.com.
"Kami tidak ingin memiliki penyesalan. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah kami bergabung dengan daftar panjang tim-tim Skotlandia yang bagus yang gagal lolos dari grup. Kami tahu itulah yang dipertaruhkan. Kami memiliki banyak insentif untuk bermain di turnamen dengan bagus, tetapi salah satunya adalah menjadi tim legendaris, yang harus mendorong kami untuk maju."