Gong pembuka EURO 2024 Jerman akan segera ditabuh. Selain seremoni awal, penampilan Die Mannschaft tentu sudah ditunggu jutaan pasang mata. Lawan perdana kali ini cukup tricky, yakni Skotlandia yang andalkan fisik pemainnya. Status unggulan utama bisa bermata dua, menjadi pelecut atau malah menjadi beban!
Allianz Arena akan menjadi venue Opening Ceremony sekaligus laga pembuka EURO 2024. Bertanding pada Sabtu (15/6/2024) dini hari jam 02.00 WIB, Jerman pemegang tiga gelar kejuaraan yang dahulu bernama Trophy Henry Delaunay, jelas menjadi unggulan dibandingkan Skotlandia.
Berada di ajang EURO 2024, tim asuhan Julian Nagelsmann sebagai tuan rumah otomatis lolos ke putaran final. Sedangkan di sisi lain, Skotlandia besutan Steve Clarke menjadi runner-up Grup A Babak Kualifikasi EURO 2024, di bawah Spanyol.
Handicap bagi tuan rumah yang tidak melalui fase kualifikasi, tentu ada dari sisi level kompetisi. Namun tidak terlalu berpengaruh bagi Jerman, dimana mereka menjajal sejumlah negara kuat dalam tajuk laga persahabatan.
Empat laga ujicoba terakhir Jerman pada tahun 2024 dilalui dengan cukup baik, setelah tahun lalu mengalami guncangan yang menyebabkan Hansi Flick harus diganti Julian Nagelsmann. Hasil mereka berturut-turut adalah menang 2-0 atas Prancis (24/3/2024), menang 2-1 atas Belanda (27/3/2024), imbang 0-0 dengan Ukraina (4/6/2024) dan menang 2-1 atas Yunani (8/6/2024).
Sementara skuad Tartan Army yang di fase Kualifikasi saling mengalahkan dengan skor 2-0 dengan Spanyol, sedang mengendur dalam 4 laga ujicoba tahun ini. Digebuk Belanda 0-4 (23/3/2024), kalah 0-1 dari Irlandia Utara (27/3/2024), menang 2-0 atas tim lemah Gibraltar (3/6/2024), serta imbang 2-2 melawan Finlandia (8/6/2024).
Head to Head dari Jerman versus Skotlandia, sejauh ini kedua tim sudah bertemu 17 kali. Die Mannschaft mencatatkan 8 kemenangan, 5 hasil imbang dan 4 kekalahan atas negara kawasan Britania Raya tersebut.
Persiapan Kedua Tim Jelang Laga
Persiapan Jerman dalam mengarungi EURO 2024 sudah pernah saya tulis pada artikl ini. (Die Mannschaft Jerman yang Sedang Dominan, Tak Mau Hanya jadi Penjamu Saja).Â
Sebuah perubahan di menit akhir dilakukan Julian Nagelsmann pada skuadnya, lantaran Aleksandar Pavlovic terkena radang amandel. Pemain muda Bayern Munchen inipun digantikan oleh kapten Borussia Dortmund, Emre Can.
Status Pavlovic di dalam skuad sendiri bukanlah pemain inti, jadi tidak akan terlalu berpengaruh terhadap performa tim secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi Die Mannschaft dalam seminggu terakhir justru dari sisi non teknis.
Pertama adalah polling atau jajak pendapat yang dikeluarkan broadcaster asal Jerman, ARD. Polling tersebut ingin mengetahui apakah masyarakat Jerman ingin melihat Timnas mereka memiliki lebih banyak pemain berkulit putih. Julian Nagelsmann tidak tinggal diam, iapun mengecam tindakan rasis tersebut.
"Itu (polling) rasis. Saya merasa kita harus bangun, ada beberapa orang di Eropa terpaksa harus mengungsi karena perang, karena faktor ekonomi, orang-orang yang ingin ditampung," tegasnya dikutip dari skor.id.
Kedua, adalah guyonan kebablasan Antonio Rudiger terhadap Niklas Fullkrug saat sesi latihan. Publik tentu mahfum bila mereka bersahabat sedari kecil, namun kemarahan Fullkrug kepada Rudiger yang tertangkap kamera menunjukkan momen yang kurang tepat bagi "becandaan" Rudiger.
Pasalnya, Fullrug baru saja menelan kekalahan 0-2 dari tim Rudiger (Real Madrid) di Final Champions League 2024 lalu.Â
Tetapi usai sesi latihan hari itu, Rudiger dan Fullkrug tampak bercanda kembali. Bisa jadi, over-expose dari media setempat tentang persiapan tuan rumah, menjadi salah satu tantangan terbesar Jerman. Tentu kita tidak lupa momen anti-nonLGBTQ yang mereka pamerkan saat Piala Dunia 2022 Qatar lalu, berbanding terbalik dengan performa di lapangan. Miris!
Toni Kroos, pemain yang memutuskan comeback ke Timnas Jerman jelang EURO, sekaligus menjadi turnamen perpisahannya dengan dunia sepakbola pun turut mengomentari. Pemain yang baru pensiun dari Real Madrid dengan 6 trofi UCL di tangan, mengatakan timnya akan memaknai setiap tekanan secara positif.
"Pada dasarnya, dalam setiap turnamen yang digelar kandang sendiri pasti ada tekanan. Itu bahkan lebih spesial. Anda mendapatkan umpan balik secara instan, yang positif dan negatif. Kami memiliki tanggung jawab besar atas atmosfer di negara ini selama beberapa pekan ke depan. Kami tahu tentang apa ini, tetapi ini juga merupakan sebuah kehormatan dan kegembiraan untuk memainkan turnamen ini," pungkas Kroos dikutip dari jawapos.com.
Di sisi Skotlandia, persiapan tim cenderung lebih adem ayem. Mereka punya satu keuntungan yang disebabkan pemain sudah lengkap berkumpul jauh-jauh hari sebelum kick-off turnamen. Ini berbalik dengan Jerman dimana beberapa nama top masih harus menyisakan partai Final UCL dan Europa League.
Dengan memiliki rekor buruk tidak pernah lolos fase knockout di sepanjang 12 kali kepesertaan hajatan sepakbola dunia, Tartan Army diyakini oleh Steve Clarke akan berbicara banyak di turnamen ini. Seperti itulah yang dikatakan sang pelatih pada konferensi pers jelang melawan Jerman, dikutip dari kompas.com.
"Kami tidak ingin memiliki penyesalan. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah kami bergabung dengan daftar panjang tim-tim Skotlandia yang bagus yang gagal lolos dari grup. Kami tahu itulah yang dipertaruhkan. Kami memiliki banyak insentif untuk bermain di turnamen dengan bagus, tetapi salah satunya adalah menjadi tim legendaris, yang harus mendorong kami untuk maju."
Prakiraan Formasi dan Prediksi Pertandingan
Menggunakan formasi 4-2-3-1, Die Mannschaft tentu akan menitikberatkan pada penguasaan bola di lapangan. Kiper Manuel Neuer dilindungi oleh kuarter bek solid dalam diri Joshua Kimmich, Jonathan Tah, Antonio Rudiger dan Maximilian Mittelstadt.Â
Robert Andrich menjadi tukang pukul di lini tengah melindungi Toni Kroos, sang Jenderal. Dalam manuver menyerang, dua calon superstar Jamal Musiala dan Florian Wirtz akan dibantu ketenangan Ilkay Gundogan serta ketajaman striker Kai Havertz. Link-up-play dari pemain menyerang Jerman sangat menarik untuk dinantikan.
Sementara itu di bangku cadangan, Thomas Muller, Leroy Sane dan Niklas Fullkrug tersedia jika diharuskan bermain pragmatis dalam memburu gol.Â
Tartan Army, Skotlandia, tidak akan lepas dari peran mayoritas pemain Liga Inggris-nya. Dipimpin oleh Andrew Robertson sebagai winger kiri dalam formasi 3-4-2-1, lini tengah bertenaga mereka diisi oleh Billy Gilmour, Scott McTominay dan John McGinn. Permainan"menyebalkan" dari McGinn dan McTominay akan menghiasi strategi Skotlandia di sepanjang laga.
Sebagai finisher di lini depan, penyerang Southampton Che Adams akan beradu fisik dengan Jonathan Tah serta Rudiger. Meski bermain di kasta kedua, Che Adams terbukti sering menyakiti tim-tim besar EPL.
Toni Kroos dan Gundogan akan berperan mengatur ritme permainan sedari babak pertama. Eksplosivitas Musiala serta Wirtz menjadi "tangan pemukul"-nya, sementara Kai Havertz menjadi decoy (pengalih) sekaligus penyelesai peluang.
Pertandingan pertama selalu terasa sulit bagi tuan rumah, apalagi menyandang status sebagai unggulan. Laga yang tricky akan terjadi bagi Jerman, seandainya gagal mencetak gol pertama dengan cepat. Skotlandia siap memukul balik dengan permainan kick and rush, serta andalkan set-piece sebagai senjata mencetak gol.
Secara subyektif, prediksi saya Jerman bisa menang dengan skor tipis. Die Mannschaft terkenal sebagai Tim Panzer yang terlambat panas, maka dari itu gol di menit akhir-pun bukanlah kemustahilan bagi Kai Havertz dkk.
Pertandingan di Grup A lainnya akan mempertemukan Hongaria melawan Swiss di Koln, Sabtu (15/6/2024) malam WIB.Â
Selamat menikmati sajian sepakbola terbesar Eropa di bulan Juni-Juli ini!
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H